بسم الله الرحمن الرحيم
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
"Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan".(QS. Al Mulk: 15)
Berbekal dengan ayat inilah saya memantapkan diri untuk menjemput kenyataan yang selama ini menjadi impian saya. Bukan Tuhan nama-Nya jika tak bisa menjadikan semuanya mungkin di tangan-Nya.
Mentari memang telah tersenyum seolah menyapa dengan riang. Sepulangnya dari Culture Trip ke Beijing China pada akhir Maret 2018, saya memang sudah berniat akan melanjutkan perjalanan saya ke belahan bumi lainnya. Tak bisa dibilang mudah karena perjalanan kali ini akan memakan banyak waktu dan banyak tempat pula yang diexplore. Memikirkan, merencanakan dan mensiasati menjadi momok utama selain modal finansial yang wajib dimiliki.
Sebelumnya saya telah mengabari semua teman-teman yang tinggal di negara yang akan saya kunjungi termasuk untuk beberapa program volunteer dan undangan pernikahan seorang teman proyek yang waktunya pas dengan rencana saya yang ingin berihlah. "Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui" seperti pribahasa inilah perjalanan saya kali ini.
Setelah mempersiapkan berkas- berkas yang dibutuhkan, saya mantap untuk mencoba apply visa Schengen yang katanya sulit didapatkan. Saya berniat apply Visa tersebut melalui kedubes Belanda yang tergolong cukup mudah katanya. Tapi ternyata sebulan sebelum jadwal keberangkatan saya, jadwal online janji temunya sudah full. Panik, pasti. karena semua berkas yang saya persiapkan adalah berkas untuk kedubes Belanda.
Mencoba mendaftar ke kedubes lain akun saya tidak bisa diakses. Sebuah ujian luar biasa karena datang diawal yang mungkin bisa mengurungkan niat bahkan mematikan impian itu sendiri.
Saya mencoba cara lain yaitu meminta bantuan lewat travel untuk membantu apply Visa termasuk berkas yang dibutuhkan karena pikiran saya seolah sudah buntu dan berkas yang telah saya persiapkan sebelumnya adalah untuk kedubes Belanda. Akhirnya pihak travel menyarankan saya lewat kedubes Spanyol karena saya akan tinggal lebih lama di Spanyol dan keluar Eropa pun dari Spanyol. Setelah beberapa hari akun saya akhirnya bisa diakses dan Alhamdulillah masih ada tanggal janji temu yang cukup mepet dengan jadwal keberangkatan saya.
Mengurus visa Schengen memang tidak bisa dibilang mudah. Saya sempat deg-deg an juga setelah janji temu, rekam biometric dan sidik jari di BLS yang merupakan lembaga yang dipercaya oleh kedubes Spanyol untuk urusan visa Schengen. Setelah proses itu pun saya tidak berani membeli tiket pesawat sebelum visa disapprove, karena tidak ada jaminan visa akan disapprove. Menunggu hasilnya membuat saya tidak bisa tidur bahkan sampai demam dibuatnya.
Sambil menunggu saya mencari tiket pesawat yang murah, untuk waktu yang cukup mepet memang sulit menemukan tiket yang murah biasanya tiket murah bisa kita dapatkan 3 bulan sebelum keberangkatan. Cari mencari dari satu situs ke situs lain dari maskapai lokal hingga mancanegara. Taraaaa....munculah tiket terusan yang cukup ramah di kantong, tentu saya tidak langsung beli karena masalah visa yang belum tahu disapprove atau tidak.
Dilema melanda, menunggu sambil berdoa semoga tiket tak naik dan visa segera disapprove. Seminggu setelah proses biometric belum juga ada kabar bahkan bolak-balik ngecek online di BLS tak juga ada pencerahan apakah diapprove atau ditolak.
Setelah beberapa kali mengintip harga tiket, saya pun menberanikan diri untuk memesannya dan ternyata dari pihak penjual diberi waktu 3 hari untuk pembayaran. Lumayan ada waktu semoga visa diapprove pikir saya. Setelah menjelang 3 hari pembayaran, visa belum juga ada kabar. Saya pun mencoba memesan lagi kali ini hanya diberi waktu 2 hari untuk pembayaran. Menunggu lagi, dan belum juga ada kabar pada saat jatuh tempo pembayaran. Akhirnya saya yakinkan diri bahwa visa Schengen saya pasti diapprove. Hehe
Besoknya sebelum jatuh tempo pembayaran tiket, saya memesan lagi dan hanya diberi waktu 1 hari saja. Saya belum juga membayarnya karena tetap saja saya was-was dengan masalah visa yang tak kunjung ada kabar. Entah kenapa saya merasa yakin bahwa Visa saya pasti diapprove setelah komunikasi dengan seorang teman yang pernah ke Eropa. Tibalah saat untuk membayar tiket yang telah saya pesan namun ketika saya hendak mentransfer tidak bisa akhirnya saya menghubungi pihak penjual tiket tersebut dan diberikan solusi lain untuk pembayaran, dapatlah tiket tersebut. Alhamdulillah.
Setelah membeli tiket saya kembali deg - deg an karena Visa tak kunjung datang. Saya kembali mengecek di BLS ternyata sudah diambil, saya pun menghubungi pihak travel menanyakan kabar Visa saya diapprove atau tidak. Saya diminta menunggu, besok akan dikabari katanya. Saya yang sudah merasa lama menunggu dan was- was dengan hasilnya tak bisa lagi bersabar dan kembali menanyakan kepada pihak travel. Besoknya saya mendapatkan kabar bahwa passport saya bisa diambil Senin Alhamdulillah.
Setelah passport ditangan, saya mengurus Visa yang lain yaitu Visa Turkey via online tidak sampai 1 jam sudah jadi, karena saya akan pulang dari Turkey sementara Morocco tak perlu mengurus Visa karena WNI bebas Visa ke negeri ini. Senangnyaaa.
Persiapan yang terkesan mendadak membuat repot beberapa pihak mulai dari keluarga, teman, serta kerabat dekat. Pinjam kamera lah, ngeprint konfirmasi hotel (meski tidak tinggal di hotel untuk jaga jaga) , dan seluruh tiket transportasi antar negara di Eropa. (Note : Pembelian seluruh tiket transportasi antar negara di Eropa menggunakan Kartu Kredit tidak bisa Debit, jika tidak punya minta tolong teman yang punya barangkali mau bantu dan jika limitnya masih ada).
Berangkatlah saya ke Bandara Soeta. Terminal 3 karena penerbangan pertama saya ke Kuala Lumpur menggunakan pesawat plat merah negeri sendiri. Seperti biasa check in, pengecekan ternyata sekarang ada peraturan harus punya tiket PP. Setelah check in menuju bagian imigrasi, di sini pihak imigrasi menanyakan kemana tujuan saya. Saya menjawab apa adanya bahwa saya akan ke Eropa, Morocco dan Turkey kemudian pulang sesuai jadwal di tiket. Entah kenapa pihak imigrasi seperti menaruh kecurigaan tersendiri sehingga mengharuskan saya untuk memasuki ruang kepala imigrasi dengan pertanyaan yang sama lebih detail dengan mengharuskan saya memperlihatkan seluruh dokumen yang saya bawa (Note : Bawalah seluruh dokumen yang dibutuhkan selengkap-lengkapnya). Setelah selesai pemeriksaan dan mendapatkan stempel saya pun menanyakan hal tersebut karena saya merasa aneh baru kali ini sampai sebegitunya pemeriksaan yang dilakukan hanya karena saya berhijab dengan tujuan akhir ke Turkey. Jawabannya tidak bermaksud apa-apa hanya meyakinkan saja katanya.
Oke, selesai bagian imigrasi bertolaklah saya dari bandara Soeta ke KLIA sesampainya di KLIA saya teringat bahwa saya belum membeli tiket dari Roma ke Paris, minta tolonglah pada teman selain itu saya juga harus membuat pusing satu orang teman lagi untuk urusan booking hotel yang belum saya print untuk mengirimkan screenshot konfirmasinya dari email saya. (Maklum hp saya sudah uzur) Alhamdulillah Punya teman-teman yang baik yang bersedia direpotkan. eeh
Sambil menunggu, saya pun membuat itinerary perjalanan saya dengan tulis tangan anggap saja sedang mengarang indah, saking seriousnya saya tidak tahu kalau ada yang memperhatikan saya. Seorang ibu dari Belanda bertanya apakah saya seorang guru, saya pun mengagukan kepala dan dia bilang bisa ditebak dari tulisannya katanya. Haha
Penerbangan selanjutnya menuju Amsterdam dengan transit di Istanbul. Perjalanan yang cukup panjang karena saya solo traveler maka saya harus bisa beramah tamah pada traveler yang lain terutama jika bertemu dengan orang dari negeri sendiri. .
Sesampainya saya di bandara Schiphol Amsterdam saya khawatir dengan satu tiket yang belum saya pesan, namun antrean harus diikuti. Ketika tibalah saya di depan pihak imigrasi saya ditanya apakah saya pergi sendiri dan apa tujuan saya, kerja atau traveling, saya mengiyakan dan menjawab hanya traveling. Kemudian dia meminta bukti seluruh tiket dan itinerary saya, Alhamdulillah saya sudah membuatnya ketika di KLIA , setelah dia lihat dia pun bertanya pada saya berapa uang yang saya bawa. Saya pun menyerahkan dokumen foto copy Bank Reference yang saya miliki dan menunjukan kartu finansial yang saya miliki(Alhamdulillah semua dokumen syarat pembuatan visa saya foto copy dan membawa semua dokumen asli lainnya). Dia bertanya bisakah saya mengkonfersikan ke Euro dan menghitung seluruhnya dalam Euro karena dia tidak tahu Rupiah itu berapa Euro seluruh bukti finansial saya termasuk uang Euro cash yang saya bawa, saya pun menghitung kesuluruhannya. Setelah itu dia pun tersenyum dan berkata "Bon Voyages !"
(Padahal seluruh bukti kertas yang saya punya sudah tidak ada isinya karena sudah dibelikan tiket dan sudah ditukar Euro cash yang saya bawa) haha....
Belum selesai sampai di sini, sekeluarnya saya dari bandara Schiphol saya harus mencari koneksi internet yang bagus karena itulah jalan satu-satunya untuk melancarkan komunikasi dengan host saya yang akan menjemput saya di bandara. Tidak mudah menemukan host saya yang ternyata sudah menunggu saya sejak lama karena saya yang tidak terlalu paham dengan bandara Schiphol, ya saya misunderstood dengan info yang dia berikan. Tapi akhirnya ketemu juga.
Beruntung di Amsterdam ini saya tinggal dengan host muslim yaitu keluarga Mustafa asal Turkey, saya memilihnya karena ingin tahu seluk beluk mengenai Turkey sebelum berkunjung kesana dan karena Natalie teman saya di Amsterdam sedang berada di Finland. Dan ternyata saya kembali mengucap syukur ketika host saya mengantarkan saya keliling Amsterdam mulai dari Kincir angin, City centre hingga Red lights area. Gratis ! Karena host saya adalah seorang driver dengan mobil milik sendiri. Alhamdulillah mahalnya tidak terasa.
Setelah beberapa hari di Amsterdam-Belanda, saatnya melanjutkan perjalanan ke Jerman. Saya memilih transportasi bus antar negara termurah dibanding keretasaya berangkat dari stasiun Amsterdam Sloterdijk ke Munich central bus station. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 15 jam. Sesampainya saya di Munich, saya harus menunggu teman yang akan jadi host saya selama di Jerman namanya Gisela. Sayangnya dia sedang ada pekerjaan ketika saya sampai stasiun jadilah kami baru bisa bertemu di sore hari waktu Jerman. Dia menjemput saya di Munich central bus station kemudian kami menuju stasiun kereta di Munich sebelum kami naik kereta, Dia berbelanja makanan dulu barulah kami naik kereta menuju Bavaria rumah host saya. Dari stasiun Munchen naik kereta sekitar 60 menit ke Bavaria (tiket kereta di Jerman mahal
:D.
Setelah beristirahat kami menyiapkan untuk project "Food sharing Volunteer " kami di Ingolstadt besok.
Keesokan harinya kami ke Ingolstadt naik kereta dari Bavaria sekitar 15 menit kemudian dijemput Manuela teman yang punya project tersebut.
Acara tersebut berlangsung dari pagi hingga sore hari. Saya merasa beruntung bisa bergabung dengan orang-orang intelek di sini. Ternyata selain Bavaria yang pemandangannya indah saya bisa ke Ingolstadt juga yang isinya orang-orang pemikir keras. Saya diperbolehkan berjalan-jalan keliling kota tua tersebut yang wow setiap gedung yang saya kunjungi isinya orang-orang demo mengenai Science dll. Mashallah mulai dari demo pengolahan nano plastik, bahan bekas, hingga limbah makanan dan go green. Bagaimana negerinya tidak maju jika orang-orangnya semua pemikir dan perduli dengan lingkungan. Angkat jempol deh saya. Setelah berkeliling saya kembali ke gedung tempat project saya sendiri, disini kami menjelaskan kepada pengunjung mengenai memanfaatkan dan mengolah kembali makanan yang hampir expired agar tidak jadi limbah atau mubazir. Setelah acara selesai barulah kami membagikan semua makanan yang ada kepada pengunjung dan semua crew volunteer. Pengalaman yang berharga.
Beberapa hari tinggal di Bavaria, sayang saya tak bisa bertemu dengan Mr. Breakling karena beliau sibuk mengurus istrinya yang baru dioperasi, semoga lekas sembuh. saya pun melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu ke Prague, Ceko Republic. Saya berangkat dari stasiun yang sama di Munich menuju Prague (ÚAN Florenc bus station) selama 5 jam.
Sesampainya di Prague saya hanya jalan- jalan saja menikmati anggunnya kota Prague dengan kastil-kastil kuno nan megah karena malamnya akan melanjutkan perjalanan ke Roma, Italia. Dari Prague (ÚAN Florenc bus station) menuju Rome Tiburtina Bus station setelah transit 2 jam di Venice. Perjalanan ini memakan waktu total 17 jam. Disini perjalanan paling mendebarkan untuk saya karena teman saya di Roma pada hari itu sedang tidak berada di Roma. Saya bingung akhirnya saya meminta tolong pada teman satu group yang tinggal di Italia untuk bersedia membantu mencarikan host untuk saya. Ketika saya di perjalanan di dalam bus Danila berusaha menghubungi sepupunya dan salah satu teman sepupunya yang tinggal di Roma bersedia menjadi host saya. Alhamdulillah . Sepanjang perjalanan ini di samping saya ada Hosé traveler dari Chilli, dia cukup ramah dan banyak membantu saya hingga sampailah kami di Roma. Saya menuju alamat yang diberikan oleh Alessandro. Inilah pertama kalinya saya mencari alamat sendiri karena host saya pada waktu saya tiba di Roma dia sedang kuliah di kampus tapi tak apa alamat yang dikasih jelas. Bertanya sana sini akhirnya saya bertemu dengan muslim kulit hitam dari Ethiopia dan mengarahkan saya untuk naik Trem. Ketika naik Trem saya bertanya pada seorang gadis sebelah saya Giula namanya, minta ditunjukkan halte alamat yang saya tuju namun ternyata gadis ini malah menemani saya mencari alamat tersebut hingga ketemu. Mashallah begitu Maha penolongnya Allah mempertemukan saya dengan orang-orang terbaikNya.
Setibanya di kediaman Alessandro dengan ramahnya menyambut saya. Sebagai host dia cukup berpengalaman dalam membantu para traveler. Sebenarnya saya agak deg-degan karena apartment ini isinya laki-laki semua, hingga saya harus meyakinkan lagi kalau host saya ini orang yang baik dengan saya menghubungi Danila. Kemudian Danila pun meyakinkan saya bahwa dia percaya pada teman sepupunya itu. Baiklah saya terima dan bismillah ternyata benar mereka baik banget bahkan agar saya tidak canggung mereka memanggil temannya Ziafat yang perempuan yaitu Manuela untuk menginap dan menemani saya. Alhamdulillah. Saya di Italia hanya 2 hari. Di Roma saya tidak mengeluarkan uang banyak hanya untuk ongkos metro saja karena semua kebutuhan saya ditanggung host saya di sini, tour ke Coloseum Roma pun bersama Sardar karena Sardar adalah Tour Guide sampai jajan piza saja dibayarin bahkan tiket bus dari termini ke Bandara pun Sardar yang bayar hehe. Meskipun harus kehujanan basah kuyup di Roma tapi tetap berkesan selama tinggal bersama mereka saya seperti princess. Haha Terima kasih semua.
Setelah dari Roma saya melanjutkan perjalanan saya ke Paris, Prancis dengan pesawat terbang lokal punya hanya 2 jam perjalanan. Di bandara saya sibuk komunikasi dengan Wafaa seorang teman yang akan jadi host saya di Paris yang mendadak ada urusan di luar Paris, artinya saya tidak bisa tinggal di tempatnya. Mikir - mikir bertemulah saya dengan solo traveler dari China dia bertanya apakah saya sudah booking hotel, saya menjawab belum dan berkata jika tidak keberatan bisa share room. Alhamdulillah dia mau lebih hemat kan.
Sesampainya di Paris kami menuju hotel yang telah dibooking oleh Kenny. Setelah itu kami menuju museum Louvre. Menikmati pemandangan bangunan-bangunan di Paris yang seperti mimpi bagi saya. Saking asyiknya saya memperhatikan peta Paris saya lupa bahwa yang putih saya kantongi itu kertas peta bukan handphone saya. Jadi hp saya tertinggal di pelataran Louvre. Naas memang tapi saya bingung sambil tertawa karena kehilangan hp yang sudah uzur. dan saya tetap butuh hp untuk menghubungi teman-teman yang lain. Akhirnya saya ke toko FNAC mencari hp, maksud hati mau cari yang murahan saja ternyata disini adanya IPhone dan paling murah dengan merk yang saya pilih adalah SAMSUNG
🤣.
Keesokan harinya kami berjalan-jalan menelusuri kota Paris mulai dari menara Eiffel yang menjulang, sungai Seine, terowongan Pont de L'Alma terowongan saksi bisu kejadian tragis yang merenggut nyawa Puteri Diana dan Dody Alfayed pada kecelakaan mobil tahun 1997 silam.
Terus berjalan hingga akhirnya kami naik Tram ke Arc de Triomphe. Setelah itu kami berpisah Kenny melanjutkan perjalanan ke museum sementara saya ke Le Grand Mosquee de Paris (Mesjid Raya Paris) yang ternyata lokasi ini berdekatan dengan museum Botanical dan Kampus ternama Sorbonne universite. Waaah beruntung sekali saya menginjak kampus ini.
Le Grand Mosquee de Paris adalah mesjid besar di Paris selain besar penataan tamannya indah seperti gambaran surga. Di sini juga tempat menuntut ilmu agama Islam. Karena cuacanya yang dingin sholat pun memakai mantel .
Bagi siapapun yang akan ke Paris, saya merekomendasikan mesjid ini untuk dikunjungi.
Setelah dari mesjid saya menuju metro station mencari jurusan ke Rue Du Bac tetapi saya kesulitan karena tidak menemukan no. tujuan saya. Bolak-balik tanya tidak ada yang tau juga sampai ada seorang muslimah yang saya hampiri namun dia langsung menolak tanpa melihat saya disinilah hati saya tergores setelah saya berbalik muslimah tadi sepertinya kaget melihat saya berhijab dia langsung minta maaf dan mencoba membantu saya. Rupanya dia baru sadar jika yang meminta tolong tadi adalah saudaranya sendiri. Alhamdulillah Saya kembali ke hotel untuk beristirahat karena keesokan harinya saya akan melanjutkan perjalanan saya ke Barcelona, Spanyol. Dengan berkendaraan pesawat terbang lokal saya berangkat pagi hari dari Paris Charles de Gaule sampai di Barcelona masih pagi juga karena hanya memakan waktu selama 2 jam perjalanan.
Barcelona merupakan kota sibuk yang menjadi tempat transit saya untuk melanjutkan perjalanan ke Tarragona kota tempat teman saya akan menikah Rosa Maria namanya teman kerja satu project dulu. Dia asli Spanyol dan calon suaminya asli Jerman. Sebelum saya beranjak ke Tarragona saya berkeliling kota mengunjungi tempat-tempat yang indah di Barcelona hingga sore hari karena saya akan menggunakan kereta dari Barcelona ke Tarragona untuk menuju tempat tinggalnya Rosa Maria, yang mana telah dijelaskan mengenai jalur-jalur tersebut melalui email sebelum saya berangkat ke Eropa. Rasanya tidak enak jika tidak bertanya setelah saya berada di stasiun kereta di Barcelona saya kebingungan dengan jadwal kereta tujuan Tarragona. Setiap orang saya tanya dan sayangnya sedikit sekali disini yang bisa berbahasa Inggris haha.
Setelah lama menunggu akhirnya saya bertanya lagi kepada pasangan gay yang sedang kasmaran itu. Hahaha jangan ditanya bagaimana saya menahan tawa melihat tingkah mereka. Nauzdubillah . ..
Tapi mereka cukup baik mau membantu saya dan syukurnya yang jadi laki-laki bisa berbahasa Inggris. Datanglah kereta tujuan Tarragona dan saya duduk dengan pemuda yang cukup membantu juga karena takut terlewat saya meminta tolong untuk ditunjukan stasiun perhentiannya. Lama perjalanan sekitar 2 jam dari Barcelona.
Menikmati lautan Mediterania sepanjang jalan dari Barcelona ke Tarragona. Mashallah indah, dengan kilauan biru yang pekat anggun mempesona. Sampai sudah saya di stasiun Tarragona dan saya pun menghubungi Rosa Maria karena dia yang akan menjemput saya di stasiun. Menunggu tentu saja sepertinya Rosa Maria cukup sibuk hingga pesan saya belum dibaca . Sambil menunggu saya mencoba meminta izin apakah saya boleh mencharge battery hp saya, petugas stasiun pun mengizinkannya. Tidak lama ada balasan dari Rosa Maria bahwa dia akan sampai 10 menit lagi.
Sepuluh menit berlalu datanglah kawan lama saya ini....Betapa bahagianya dia saat melihat saya benar- benar datang ke Spanyol ,, perasaan saya jangan ditanya bisa nginjak Spanyol itu rasanya masih belum bangun dari mimpi. Kami menuju ke rumah keluarganya Rosa Maria di La Canonja, Tarragona - Spanyol. Saya disambut hangat mereka. Saya tinggal bersama keluarga Rosa Maria dan seluruh kebutuhan saya selama disini ditanggung keluarga ini. Alhamdulillah ya rezeki.
Karena sampai rumah di malam hari, maka kami langsung beristirahat. Esoknya acara pernikahan akan dimulai namun tak seperti di Indonesia. Di sini termasuk santai menurut saya. Pengantinnya saja santai kaya di pantai. Kami sarapan di warung dalam hati saya kalau di Indonesia itu sarapan uduk, tapi di sini adanya cuma roti . Setelah sarapan kami kembali ke rumah dan menyiapkan pakaian untuk pesta pernikahan. Pakaian siap, kami ke salon dekat rumah untuk make over dan Hair stylist. Saya yang memakai hijab hanya meminta natural make up saja. Semuanya gratis untuk saya.
Kakaknya Rosa Maria menjemput kami di salon karena waktunya sudah mepet. Kami bergegas mempersiapkan diri dan kebutuhan lainnya untuk pernikahan Rosa Maria di sebuah gereja dekat rumahnya. Saya yang merasa muslim sendirian di luar sayangnya hujan lebat yang akhirnya mereka meminta saya berteduh di dalam.
Upacara pernikahan berjalan lancar dengan dua bahasa yaitu Spanyol dan Jerman. Alhamdulillah hujan mulai reda tinggal gerimis saja, kami semua keluar dan bersiap menyambut pengantin di luar.
Bertaburan beras, bunga, kertas warna warni dan balon sabun. Ucapan selamat kepada sepasang pengantin pun mengular dari semua yang hadir baik keluarga, kerabat maupun tetangga sekitar.
Upacara selesai kami menuju sebuah restaurant tempat pesta resepsi pernikahan Rosa Maria dan Sören. Saya yang baru pertama kali menghadiri pesta pernikahan di Eropa hanya ngikut saja. Ada jamuan ringan yang kebanyakan makanannya adalah seafood. Waaah saya senang sekali. Waktu menginjak pukul 7:00 PM acara selanjutnya yaitu Dinner. Di sini nama- nama tamu undangannya terpampang di depan pintu masuk sesuai dengan nama mejanya. Jadi yang namanya tidak tercantum tidak bisa masuk ...Nama saya ada di meja bernama Wahiba maka setelah diperbolehkan masuk yang pertama dicari adalah nama meja kita, setelah ketemu ya duduk saja di kursi yang bertuliskan nama kita. (Jadi tidak bisa sembarangan duduk, semuanya terorganisir di sini) .
Sebelum dinner dimulai ruangan tampak redup dan terdengarlah alunan musik dari pintu masuk masuklah sepasang pengantin dengan romantisnya mereka menari mengitari meja-meja kami. Waahhh suasana romantis makin riuh dengan sorakan semangat para tamu undangan. Ternyata seru ya pernikahan di sini. Setelah pengantin duduk acara selanjutnya yaitu sambutan dari pihak keluarga pengantin dan dari pengantinnya sendiri. Karena ini merupakan pernikahan multiculture jadi ada dua bahasa dalam pidato ini. Rosa Maria dan keluarganya menyampaikan dalam bahasa Spanyol dan Sören dan keluarganya menyampaikan dalam bahasa Jerman. Saya sebenarnya tidak menguasai kedua bahasa tersebut namun karena saya pernah belajar bahasa Jerman meski hanya sebentar masih ada yang bisa saya mengerti. Dan ketika nama saya disebut sebagai tamu kehormatan dari Indonesia saya pun berdiri dan melambaikan tangan .
Tidak sia-sia rasanya jauh-jauh datang dari Indonesia ke Spanyol jika dihargai penuh hormat . Sepertinya saya akan menerapkannya kelak di Indonesia.
Dinner dimulai pelayan sibuk melayani kami dari meja ke meja mengantarkan makanan dan minuman. Setiap makanan di meja habis datang lagi makanan lain hingga desert terakhir. Rasanya penuh sekali perut ini Alhamdulillah. Karena saya muslim satu-satunya di sini setiap makanan yang datang selalu menanyakan apakah mengandung babi atau tidak, dan pelayan pun akan memberitahukan kepada kita jika makanan tersebut mengandung babi atau tidak. Untuk minuman saya hanya membuka 2 gelas untuk diisi yaitu 1 gelas untuk air putih dan 1 gelas untuk Coke sedangkan 4 gelas lainnya saya balik / tutup yang artinya saya tidak minum Red wine, Sampanye, Wiski dan alcohol lainnya.
Pelayan pun paham dan hanya mengisi 2 gelas terbuka saya.
Acara setelah dinner adalah pesta dance. Dimana diawali dengan sepasang pengantin yang berdansa dengan suasana dan musik yang romantis. Setelahnya barulah para tamu ikut berdansa. Jangan ditanya saya ikut atau tidak karena jawabannya adalah tidak. Saya lebih memilih duduk dan mengobrol dengan tamu undangan dari Amerika dan keluarga Rosa Maria dari Australia tentu saja karena mereka bisa berbahasa inggris. Sementara itu si tampan Quim keponakannya Rosa Maria juga selalu menghampiri saya untuk memastikan saya menikmati pestanya. Anak kecil ini memang lebih mahir berbahasa Inggris dibanding dengan orang tuanya.
Pesta semakin beranjak santai dan malam mulai larut namun pesta belum juga usai. Ditengah - tengah musik yang menggaung dengan tamu yang berhamburan di lantai dansa, tiba-tiba ada seorang pemuda yang mengajak saya berdansa saya tentu saja menolak dan dia sepertinya tersinggung, Dia bilang biasanya orang Asia itu selalu senang diajak berdansa dengan orang Spanyol apalagi setampan dia katanya
🤣. Terlalu PeDe dia . Tidak semua orang Asia begitu bung ! Mungkin karena dia sudah banyak minum jadi agak sedikit mabuk. Akhirnya bibinya Rosa Maria yang bersedia berdansa dengan dia. Alhamdulillah . Jam menunjukan pukul 12:30 AM pesta belum juga usai. Kakaknya Rosa Maria menghampiri saya mengatakan bahwa mereka akan pulang duluan dan menawarkan saya jika ingin ikut pulang. Saya mengiyakan, Rosa Maria juga menghampiri saya mempersilahkan untuk pulang lebih dulu ikut kakaknya. Alhamdulillah. Di malam penghujung musim semi ini begitu dingin dengan gemuruh angin yang menusuk hingga ke tulang. Berlarian kami menuju mobil yang diparkir cukup jauh dari pintu Loby. Si tampan Quim sudah tidur dengan adik bayi. Balon yang di keranjang bayi terbang terbawa angin.
🤣
Pagi yang mulai cerah dengan sinar mentari yang tampak malu-malu meski dingin masih menusuk. Saya mulai sarapan dengan keluarga Rosa Maria. Kemudian istirahat kembali dan berkemas merapihkan backpack. Siang hari Quim mengetuk pintu kamar saya dan menawarkan untuk ikut keluar bermain di taman menunggu jam makan siang. Kami bermain di taman sekitar 30 menit kembali lagi ke rumah untuk makan siang bersama. Beruntung sekali saya bisa tinggal dengan keluarga ini seperti keluarga sendiri. Setelah makan siang bersama saya berpamitan dan memohon maaf tidak bisa mengikuti acara pesta barbeque malam ini karena saya harus melanjutkan perjalanan ke Granada Andalusia.
Rosa Maria dan Sören mengantarkan saya ke Stasiun bus Tarragona dan Ramblas pantai indah lautan Mediterania yang biru pekat membentang dengan anggunnya. Mashallah indah lukisanMu Rabb. Saya merasa beruntung bisa menginjakkan kaki di Ramblas Tarragona yang sebelumnya tak pernah saya tahu akan semenakjubkan ini. Setelah beranjak sore saya berjalan menuju terminal bus menunggu bus ke
Granada (Avenida Juan Pablo II, 33). Perjalanan memakan waktu sekitar 14 jam.
Sesampainya di Granada bus station Juan Pablo, saya di jemput seorang teman bernama Nahzah yang menjadi host saya selama di Granada. Apartment tempat tinggalnya berada di lokasi yang strategis sehingga memudahkan saya keliling Granada meski sendirian karena Nahzah tengah sibuk dengan persiapan ujiannya. Saya sempat mampir ke Universidad Granada barulah setelah itu ke Alhambra palace.
Alhambra adalah nama sebuah kompleks istana sekaligus benteng yang megah dari kekhalifahan bani ummayyah di Granada, Spanyol bagian selatan (dikenal dengan sebutan Al-Andalus ketika benteng ini didirikan), yang mencakup wilayah perbukitan di batas kota Granada. Istana ini dibangun sebagai tempat tinggal khalifah beserta para pembesarnya. Begitu megahnya Alhambra palace ini, sebagai muslim saya cukup bangga bahwa Islam pernah berjaya di negeri yang sekarang mayoritasnya Katolik. Sungguh saya beruntung menginjakkan kaki ke negeri Andalusia ini. Tak terasa rasa haru menyelimuti perasaan saya sekaligus sedih juga ketika saya teringat mengenai artikel sejarah proses runtuhnya Islam terakhir di negeri Andalusia ini melalui perang Granada yang berlangsung 10 tahun yang pernah saya baca.
Perang Granada adalah kampanye militer yang dilancarkan antara tahun 1482 hingga 1492 oleh Monark Katolik (los Reyes Católicos) Isabella I dari Kastilia dan Ferdinand II dari Aragon terhadap Keamiran Granada yang berada di bawah kekuasaan Banu Nashri. Perang ini dimulai setelah Granada melancarkan serangan ke kota Zahara pada Desember 1481 sebagai balasan atas serangan Kristen. Granada menaklukan kota tersebut dan memperbudak warganya. Kastilia dan Aragon kemudian menggunakan hal ini sebagai justifikasi untuk menyatakan perang terhadap Granada. Granada pada akhirnya ditaklukan oleh Kastilia, sehingga mengakhiri kekuasaan Islam di al-Andalus.
Perang yang berlangsung selama sepuluh tahun ini tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi merupakan serangkaian kampanye militer musiman yang dilancarkan pada musim semi dan dihentikan pada musim dingin. Granada sebelumnya telah melemah akibat konflik internal dan perang saudara, sementara kaum Kristen telah bersatu. Dalam perang ini, artileri juga digunakan secara efektif oleh orang-orang Kristen untuk menaklukan kota-kota dengan cepat (tanpa artileri, kota-kota tersebut harus dikepung untuk waktu yang lama). Pada 2 Januari 1492, Muhammad XII dari Granada (Raja Boabdil) menyerah kepada Kastilia.
Setelah perang berakhir, convivencia (kehidupan berdampingan) antara agama-agama di Iberia telah berakhir: Dekret Alhambra pada tahun 1492 menyatakan bahwa orang-orang Yahudi harus menjadi Katolik; jika tidak, mereka harus pergi dari Spanyol. Pada tahun 1501, semua orang Islam di Granada juga diharuskan menjadi Katolik, dan bila menolak mereka akan diusir dari Spanyol; pada tahun 1526, kebijakan ini telah diterapkan di seluruh Spanyol. Jatuhnya Granada dan Perang Granada dianggap sebagai perang terakhir dalam upaya Reconquista.
Setelah itu saya melanjutkan pendakian menuju Mirador de San Nicolás yaitu viewpoint untuk melihat Alhambra secara tampak muka yang dilatarbelakangi dengan pemandangan pegunungan Sierra Nevada yang masih berselimut salju. Indah tentu saja selain itu dari atas sini kita pun bisa melihat pemandangan kota Granada yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Ramai juga di atas sini ada yang melukis, bersantai, bahkan pengamen lengkap dengan penari lartarnya pun ikut menyemarakkan suasana. Saya yang niat juga kemari rela hingga menunggu sunset yang katanya sunset di sini terindah di seluruh dunia bahkan mampu merubah warna Alhambra palace menjadi semakin indah dengan pancaran sinarnya.
Lama saya menunggu karena matahari tenggelam di sini sekitar pukul 21:00 waktu Spanyol. Penantian tak sia-sia ketika lembayung mulai merona pancaran sinarnya memantul pada Alhambra Palace. Mashaallah cantiknya. Sayangnya saya tak bisa berlama-lama karena perjalanan untuk turun terjal dan berliku, apalagi saya pergi sendirian jika kemalaman kan khawatir. Saya pun bergegas turun meninggalkan Mirador de San Nicolás mencari halte bus untuk pulang. Benar saja saya kesulitan menemukan jalan pulang harus bertanya beberapa kali pada orang-orang setempat. Hingga akhirnya saya sampai rumah jam 22:30 PM. Nahzah dan Julia sudah khawatir takut saya tersesat .
Tiga hari saya di Granada berbagi cerita dan culture dengan Nahzah dan Julia.
Saya mendapatkan kabar dari seorang teman bahwa Indonesia sedang kacau dengan berita bom yang menghancurkan 3 gereja sekaligus, begitu peliknya sehingga menyudutkan umat islam di Indonesia. Dengan berita mengenai kecurigaan polisi terhadap para santri membuat saya khawatir karena adik bungsu saya berniat pulang sendiri dari pesantrennya pada liburan tahun ini. Kekhawatiran menyeruak batin saya, siapa yang tidak sedih mendengar berita ini. Saya berusaha mati-matian mengenalkan islam bahwa Islam itu damai kepada orang-orang di sini terutama kepada host yang bukan muslim tapi di luar sana malah mengkambing hitamkan islam untuk tujuan pribadi. Astagfirullah.
Cuaca masih sangat dingin meski sudah memasuki penghujung musim semi dengan pegunungan yang masih berselimut salju. Saya bergegas menuju Granada bus station untuk melanjutkan perjalanan ke Tarifa Andalusia. Ternyata tidak ada bus yang langsung ke Tarifa maka saya mengambil rute alternatif ke Algeciras melalui Malaga. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 3 jam dengan disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Sampai Algeciras San Bernardo bus station saya naik bus lokal yang menuju Tarifa kemudian naik taxi menuju Puerto atau Pelabuhan Tarifa karena hari ini saya akan meninggalkan Eropa menuju Afrika menggunakan Ferry dari Tarifa, Andalusia - Spanyol ke Tangier, Morocco.
Membeli tiket di loket dan masuk ke bagian imigrasi Spanyol untuk stempel keluar Eropa.
Saya sengaja menggunakan kapal laut untuk menyebrang dari benua Eropa ke benua Afrika. Perjalanan tidak sampai 1 jam dengan angin yang bergemuruh hingga saya kesulitan untuk menaiki Ferry. Subhanallah jika saya tidak bisa menahan tubuh dan menyeimbangkannya mungkin saja terbang terbawa angin. Berat rasanya melangkah menuju Ferry. Setelah menaiki kapal saya menuju bagian imigrasi, mereka kebingungan dengan identitas saya yang hanya satu nama. Kemudian saya menjelaskan bahwa di Indonesia tidak wajib memiliki surname dan jika membutuhkan nama orang tua saya ada di lembar berikutnya .
Di Tangier saya menginap di tempatnya teman yang baru saya kenal dari Couchsurfing Forum Traveler Dunia. Gadis ini bernama Imane, cantik dan cerdas serta memiliki hati seindah berlian. Dia tinggal di Tangier sendiri karena keluarganya tinggal di Meknes. Dia adalah host terbaik saya di Morocco.
Saya banyak belajar darinya meski dia lebih muda dari saya tapi dia memiliki keistimewaan tersendiri. Bagi saya Imane adalah gadis yang berbeda yang saya temui dalam perjalanan saya kali ini.
Tampak sempurna bagi siapapun yang melihatnya, cantik, cerdas, baik hati dan dermawan. Kenapa saya bisa bilang begitu, karena saya tinggal di Tangier bersamanya dan selama saya tinggal dengannya dia berbagi apapun yang ada di rumah itu bahkan dia memberi saya kunci cadangan rumahnya. Mashallah, percaya sekali dia pada saya yang baru ditemuinya di Tangier pertama kali. Saya melakukan perjalan ke Morocco menggunakan Ferry dari Tarifa, Andalusia- Spanyol kurang lebih 45 menit bersamudera melewati selat Gibraltar yang air nya tidak bercampur dan mendarat di Pelabuhan Tangier, Morocco.
Dia tidak bisa menjemput saya di Pelabuhan Tangier karena dia sakit, jadi dia mengirimkan voice message dengan bahasa Arab yang menjelaskan alamatnya untuk saya tunjukkan pada sopir taksi. Sepanjang perjalanan sopir ini bertanya asal saya dan ternyata tahu juga mengenai berita bom di Indonesia. Sesampainya saya pada alamat itu Imane tersenyum dan menghampiri saya sambil berkata "maafkan saya, tidak bisa menjemput karena saya sedang kurang sehat dan datang bulan".
Saya menjawabnya tak masalah. Di rumahnya dia langsung istirahat lagi dan meminum obat banyak sekali. "Obat apa yang kamu minum? Pereda menstruasikah " tanya saya penasaran. " Oh, bukan . ini obat Lupus, saya mengidap Lupus " terangnya santai. Astagfirullah saya hanya bisa tersenyum miris mendengarnya. Dia bertanya " apakah kamu tahu Lupus, karena tidak banyak orang mengetahuinya" saya tersenyum " iya saya tahu, saya pernah baca & saya pernah lihat di TV ada seorang pengidap Lupus di Indonesia yang mengajar bahasa dan tulisan aksara sunda zaman dulu karena dia ingin menjadikan hidupnya lebih bermakna". Jawab saya.
Qadarullah Allah memilihnya untuk menjalani hidup yang tidak mudah. Dia mengidap Lupus sejak usia 14 tahun dan sekarang dia berusia 25 tahun. Selama itu dia berjuang hidup dengan mengkonsumsi 15 butir obat ( Pil dan Kapsul) setiap waktunya. Obat ini harus diminum tepat waktu karena itulah dia harus memasang alarm dan selama itu pula dia tidak bisa menjalankan ibadah puasa seperti yang lainnya. "Maka nikmat Tuhan mu yang mana lagi yang kau dustakan", ayat ini seolah menampar saya karena Allah begitu baiknya pada saya yang sudah memberikan nikmat sehat sehingga tetap bisa berpuasa di negeri orang.
Imane berjanji akan meluangkan waktunya untuk ke pantai bersama saya di sekitar Tangier, tidak jauh dari tempat tinggalnya karena pantainya berada di tengah kota. Kami menghabiskan waktu menikmati sunset yang menakjubkan di Almaghrib. Tampak pula sekumpulan pemuda kulit hitam melakukan hal yang sama seperti kami dan Imane berinisiatif membagi buah yang kami bawa dari rumah pada mereka. Saya setuju karena berbagi itu indah apalagi di bulan suci Ramadhan. " Merci Madmoisle" ucap mereka seraya tersenyum. Di negeri Al Maghrib ini bahasa keduanya adalah bahasa Prancis, saya yang pernah belajar bahasa Prancis meski hanya 1 semester merasa bersyukur setidaknya ada yang saya mengerti dan ucapkan selama disini.
Selain mereka kami juga berbagi biskuit dengan pak polisi penjaga pantai yang baik hati dan tampan.
Setelah lembayung mulai merona mengantarkan senja dan menyibak tirai malam, suasana pantai mulai sepi, kami berjalan menuju arah pulang dan Imane berhenti seraya berkata " seperti ada yang mengikuti kita, dimana arah polisi?" Kami mulai panik dan bergegas ke arah polisi. Tapi tempat polisi tadi cukup jauh dan angin laut mulai tak tertahan akhirnya kami berlari menapaki tangga dan sampailah di tepi jalan raya. Alhamdulillah. Kemudian kami mendapati seorang bapak pemulung yang sedang mencari nafkah dan Imane kembali menyarankan kepada saya untuk memberikan makanan dan minuman yang masih ada. Tentu saja saya tersenyum dan mengiyakan. Belum hilang rasa panik, kami kembali dihadapkan dengan persoalan yang sama. Di seberang kami menunggu taxi ada seorang pria di dalam mobil yang seperti mengawasi kami. Cemas, tentu Imane pun merasa demikian "Jika orang itu mendekat, siap- siap kita lari " ujarnya. Alhamdulillah akhirnya datanglah taxi mengantarkan kami sampai di rumah dalam gelap.
Sepertinya benar sodakoh itu menolak bala bencana. Allah melindungi kami karena Imane gemar bersedekah meski dia harus berjuang akan Lupus tapi dia menjalaninya dengan penuh syukur. Kadang jiwa ini iri dengan orang- orang yang begitu ridha dengan kehendakNya yang tidak diinginkan siapapun.
Lupus adalah penyakit autoimun, yakni penyakit menyerang sistem kekebalan sampai rusak, lalu berbalik menyerang tubuh sendiri. Normalnya sistem kekebalan akan melindungi tubuh dari serangan virus, bakteri, dan benda berbahaya lain. Pada Odapus yakni penderita Lupus, sistem kekebalan tubuh ini justru menyerang balik si empunya karena kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara zat asing yang berbahaya bagi tubuh dan sel tubuh sendiri. Yang jelas penyakit Lupus tidak menular.
Karena penyebabnya belum jelas, para ahli belum bisa menemukan obatnya. Pengobatan hanya untuk mengurangi gejala dan peradangan, serta menjaga agar fungsi tubuh tetap normal. Pemberian terapi dan obat bergantung bagian tubuh yang diserang dan tingkat keparahannya. Karena itu, pengobatan sangat beragam pada tiap individu. Obat bagi kebanyakan Odapus antara lain jenis antiperadangan, kortikosteroid, asetaminofen, dan antimalaria.
Sejauh ini Odapus hanya bisa “berdamai” dengan penyakitnya untuk waktu tiada tentu. Dan untuk mengatasi lupus tak cukup hanya dengan obat. Kebanyakan pasien mengalami stres dan depresi, sehingga perlu terapi untuk membangun mental Odapus. Harus ada dukungan penuh dari keluarga atau kerabat dekat agar Odapus bisa hidup seperti orang normal.
Mashallah, begitu hebatnya Odapus yang saya kenal ini memaknai belasan pil dan kapsul yang harus ia telan setiap waktu dalam seharinya sebagai permen katanya.
Belum lagi tulang belakangnya yang retak sehingga dia harus memakai stagen dari tulang untuk menahan punggungnya.
Tak sanggup saya bayangkan, begitu ikhlasnya dia menjalani hidup yang tak mudah ini, begitu agung rasa syukurnya.
Tuhan, andai saya jadi dia mungkin sudah penuh kufur hidup saya. Semoga Kau mengampuni kami yang belum sempurna mengucap syukur pada-Mu dan semoga selalu memberkahi kami dan mendekatkan kami pada-Mu Rabb.
Perjalanan memang selalu membuahkan hikmah dimanapun kita berada dan dengan siapapun kita bertemu. "Not coincident in this world, everything happens for a reason" seperti kata mutiara ini tidak ada yangkebetulan di dunia ini, segala yang terjadi memiliki alasan. Artinya tidak ada yang sia - sia, semua ada tujuan dan hikmahnya.
Inilah alasan saya menyebutnya gadis Kaktus Tangier, karena hidupnya penuh duri tapi dia begitu kuat menahan panas, dingin dan badai dalam hidupnya bahkan memilih berdamai dengan duri-duri yang menempel di tubuhnya yang pada Kaktus lain duri berfungsi melindungi dirinya namun padanya duri ditubuhnya malah menggerogoti tubuhnya sendiri. Kaktus yang nampak seperti Kaktus pada umumnya dan tetap memberi keindahan untuk dipandang yang lain melalui bunga-bunga syukur yang ia miliki. Mashallah ....
Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk selalu bersyukur dengan apapun yang Allah berikan kepada kita. Karena dengan bersyukur hidup akan terasa lebih mudah.
Saya tinggal cukup lama di Tangier atau biasa disebut Tanjah yang merupakan tempat kelahiran Ibnu Battutah Traveler Muslim Dunia yang petualangannya tersohor di seluruh dunia bahkan mengalahkan Marco polo.
Ibnu Batutah atau Muhammad bin Batutah(Arab: محمد ابن بطوطة) yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah (Arab: أبو عبد الله محمد بن عبد الله اللواتي الطنجي بن بطوطة) adalah seorang cendekiawan Maroko yang pernah berkelana ke berbagai pelosok dunia pada Abad Pertengahan.[1][2] Dalam jangka waktu tiga puluh tahun, Ibnu Batutah menjelajahi sebagian besar Dunia Islam dan banyak negeri non-Muslim, termasuk Afrika Utara, Tanduk Afrika, Afrika Barat, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Tiongkok. Menjelang akhir hayatnya, ia meriwayatkan kembali kisah-kisah perjalanannya untuk dibukukan dengan judul Hadiah Bagi Para Pengkaji Keganjilan Kota-Kota Besar dan Keajaiban-Keajaiban Pengembaraan (Arab: تحفة النظار في غرائب الأمصار وعجائب الأسفار, Tuḥfat An-Nuẓẓār fī Gharāʾib Al-Amṣār wa ʿAjāʾib Al-Asfār),[3] yang lazimnya disebut Lawatan (Arab: الرحلة, Ar-Rihlah).[4]Catatan perjalanan Ibnu Batutah menyajikan gambaran tentang peradaban Abad Pertengahan yang sampai sekarang masih dijadikan sumber rujukan. (Wikipedia.com)
Imane menyarankan saya untuk menyimpan tas backpack saya di apartmentnya sehingga saya keliling Morocco tidak keberatan. Sebelum saya ke Casablanca saya kembali ke Tangier dan memastikan teman saya di Casablanca bersedia menjadi host saya.
Setelah Safaa menghubungi saya dan bersedia menjemput saya di stasiun bus di Casablanca saya pun meninggalkan Tangier dan berpamitan pada Imane si gadis kaktus yang cantik.
Safaa ini gadis yang luar biasa dia menamatkan pendidikannya di Prancis, ibunya seorang hakim dan ayahnya seorang businessman export-import dan Safaa sendiri menjalankan usahanya sendiri. Meski mereka keluarga kaya ternyata mereka juga menyambut saya dengan hangat bahkan Safaa bersedia mengantarkan saya sholat Taraweh di mesjid Hasan II Casablanca, mesjid terbesar kedua setelah mesjid Haram Mekah. Mesjidnya memang luar biasa dan seperti sholat di Mekah. Imamnya bersuara merdu. Selesai taraweh di sini pukul 23.00 PM. Kebayang ngantuknya belum lagi dingin banget karena perempuan sholatnya di luar mesjid .
Berusaha mengucap syukur meski tak sepadan dengan nikmatNya yang tak terhitung. Sungguh perjalanan saya ke Morocco negeri Almaghrib pemilik gurun Sahara terbesar di dunia ini dengan gemerlap jutaan bintang di malam harinya menyelipkan perasaan tersendiri. Belum lagi orang-orang nya yang menakjubkan, rasanya tidak ada orang yang buruk yang saya temui di negeri ini bertolak belakang dengan rumor yang saya dengar dan baca sebelum saya berkunjung kesini. Saya pernah menginap di hotel di Chefchaouen Blue city of Morocco dan Fes kota tua yang dekelilingi dengan benteng-benteng tinggi nan megah di Morocco untuk berkunjung ke College Moulay Idriss dan Medina serta Karawaine University, saya diberi kamar single dengan harga yang sama seperti kamar asrama yang saya pesan alasannya saya muslim dan dia juga memberikan makanan buka puasa dan sahur gratis untuk saya. Alhamdulillah.
Terharu saya dengan service yang luar biasa ini. Saya hanya mampu mendoakan mereka semoga Allah memberikan keberkahan untuk mereka semua yang telah bersikap manis kepada saya dimanapun mereka berada. Aamiin.
Pagi harinya setelah berpamitan, saya ke Stasiun kereta di Casablanca diantar Safaa dan sopir pribadi keluarganya untuk melanjutkan perjalanan ke Airport Mohamed V Casablanca menuju Istanbul Ataturk airport Turkey. Terima kasih semua.
Saya sampai airport jam 10 pagi beruntung saya berangkat pagi-pagi karena ternyata jadwal pesawat saya maju 1 jam. Saya tidak menerima pemberitahuan perubahan jadwal melalui e-mail mungkin mereka memberi info melalui SMS pada no.hp saya yang hilang. Entahlah.
Saya berangkat menuju Istanbul Ataturk Turkey. Turkey merupakan negara destinasi terakhir saya pada perjalanan saya kali ini. Berbuka puasa di dalam pesawat ternyata memberi kesan tersendiri karena dilema dengan waktu maghrib yang akan kita pakai dan pramugari hanya memberikan waktu 30 menit untuk menghabiskan makanan sebelum landing .
Berkunjung ke Turkey merupakan impian saya sejak belajar sejarah islam terutama dengan kesatriaan Muhammad Alfatih. Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepemimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaidah pemilihan tentaranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.
Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka. Di sinilah kita belajar betapa agungnya iman.
Saya tiba di Istanbul pada pukul 22:20 PM.
Sementara itu Emine seorang teman yang tinggal di Üsküdar sudah menunggu saya. Saya pun bergegas menuju metro, pertama kali ke Turkey malam-malam pula. Sampai Yenikapi saya melanjutkan naik metro ke Üsküdar beruntungnya saya berjumpa dengan para pelajar dari Malaysia dan mereka memperhatikan saya yang kebingungan, kemudian mereka membantu saya sampai Üsküdar. Alhamdulillah. Setelah saya turun dari Tram saya harus mencari alamat Emine yang ternyata tidak mudah saya temui karena saya bingung dengan penomoran alamat di Turkey. Astagfirullah .
Pukul 00.00 saya baru menemukan alamat Emine itu pun butuh bertanya sana sini untuk sampai di apartmentnya Emine. Alhamdulillah banyak orang yang bersedia membantu saya .
Setelah sahur, Emine mengajak saya sholat berjamaah di mesjid terdekat kemudian menikmati sunrise di tepi pantai dengan pemandangan Bosphorus Brigde Istanbul yang indah. Setelah berjalan - jalan kami kembali ke rumah beristirahat. Siangnya saya memesan tiket bus untuk tujuan ke Cappadocia malam ini. Cuaca mendung dan hujan membuat semakin dingin, Emine memasak untuk berbuka puasa bersama, dia juga mengundang temannya yang dari Afghanistan. Setelah berbuka puasa saya bergegas menuju halte bus di temani Emine dan temannya, Emine juga membekali saya nasi dan kue lainnya untuk sahur katanya, sementara Elif tetap di apartment.
Perjalanan dari Istanbul ke Cappadocia membutuhkan waktu sekitar 10 jam dengan bus malam. Saya merekomendasikan bagi siapa saja yang akan melawat ke Turkey dengan mencoba transportasi bus nya. Service nya setara dengan pesawat terbang memiliki hiburan berupa monitor, terminal listrik untuk charger hp, Free internet, bahkan snacks dan minuman yang diantarkan oleh pramugaranya gratis !
service bus di Turkey no. 1 lah di dunia . Berharap Indonesia menyusul.
Sesampainya saya di Nevsehir saya naik mini bus ke Cappadocia, Görem. Mini bus ini termasuk service dari bus tadi jadi tidak usah bayar lagi. Seperti Arimbi zaman dulu. Tibalah di Cappadocia kemudian saya mencari alamat hotel tempat saya akan tinggal. Saya beruntung mendapatkan host bernama Kamil sang pemilik hotel sehingga saya diperbolehkan menginap di hotel tersebut gratis . Setelah bertemu saya dipersilahkan untuk beristirahat, setelah istirahat saya rasa cukup saya bergabung dengan yang lainnya. Ada Emilia dari Uzbekistan sementara lainnya dari Chili dan Prancis (lupa namanya) terlalu fokus tukar cerita dengan Emilia karena berharap bisa mengunjungi negerinya Imam Bukhori sang perawi hadist yakni Uzbekistan.
Berkeliling Cappadocia menikmati pemandangan yang berbeda yaitu rumah-rumah dan hotel-hotel di sini berupa cave atau gua. Semakin ke atas akan semakin nampak indahnya pemandangan yang unik ini. Saya kembali mengucap syukur karena diberikan kesempatan untuk berkunjung ke tempat ini. Katanya tempat ini merupakan lokasi shooting salah satu film Star Wars.
Subuh - subuh sudah ramai orang berjalan kaki saya pun mengikutinya hingga ke puncak yang ternyata pemandangan indah kerlap kerlip balon udara beterbangan. WaaaWaaah saya pikir tidak akan ada balon terbang hari ini karena cuaca mendung, dan benar saja ketika saya menikmati pemandangan itu gerimis mengundang dan kami berlarian turun ke bawah sampai hotel hujan besar. Alhamdulillah...entahlah sepertinya balon udaranya juga diturunkan.
Siangnya setelah saya memesan tiket bus untuk tujuan ke Muğla malam ini, saya menelusuri lembah di Cappadocia Urgup menakjubkan memang. Sore hari saya kembali ke hotel, istirahat sebentar dan berpamitan kepada Kamil dan satu lagi teman yang baru saya kenal pemilik toko souvenir di Cappadocia yang memberi saya beberapa souvenir. Alhamdulillah lumayan gratis. Saya menitipkan tas saya di kantor pembelian tiket bus dan saya berpamitan pula pada pemilik tour service di Cappadocia yang pernah ke Indonesia, di sini saya diberi Mulbery segar yang baru metik dari pohon untuk berbuka. Saya juga berpamitan pada ibu penyedia iftar di mesjid. Setelah maghrib saya pun bertolak ke Muğla, dari Cappadocia membutuhkan waktu sekitar 12 jam.
Tiba di Muğla otogar saya lanjut naik mini bus ke Köyceğiz otogar, di sana host saya sudah menunggu bernama Tekin. Dia juga sangat baik bahkan mengajak saya menjelajahi daerahnya yang berupa pesisir pantai dengan danau dan lautan Mediterania yang indah.
Kota Köyceğiz terletak di ujung utara danau dengan nama yang sama (Danau Köyceğiz) yang bergabung dengan Laut Mediterania oleh saluran alami yang disebut Dalyan Delta. Lingkungannya yang unik sedang dilestarikan sebagai suaka alam dan suaka margasatwa, Area Perlindungan Lingkungan Khusus Köyceğiz-Dalyan. Jalan berbayang dengan pepohonan mengarah ke perkampungan yang membawa nama yang sama dengan sungai, Dalyan, yang terletak di jalur air pedalaman dan merupakan bagian administratif dari Ortaca. Dalyan sangat populer dengan pengunjung dan labirin salurannya dieksplorasi oleh perahu. Restoran-restoran yang berjajar saluran air mengkhususkan diri pada ikan segar. Tinggi di tebing, di tikungan sungai, di atas kota pelabuhan kuno Caunos, kuburan diukir di bebatuan. The Dalyan Delta, dengan pantai berpasir emas panjang di mulutnya, adalah kawasan konservasi alam dan tempat perlindungan bagi penyu tempayan yang langka(Caretta Caretta) dan kepiting biru.
Pagi hari saya bersama Tekin menuju pantai İztuzu (Turtle), merupakan hamparan emas yang sangat besar yang ideal untuk berenang dan berjemur. Tapi yang membuat tempat ini benar-benar istimewa adalah perannya sebagai tempat bersarang bagi kura-kura tempayan: di tempat musim panas ada untuk melindungi makhluk-makhluk besar dan indah ini. Anehnya saya tidak ditagih untuk membayar tiket di pantai ini, Tekin menanyakan hal itu kepada saya, saya fikir karena saya datang bersama orang asli Turkey jadi saya gratis ternyata orang Turkey lainnya ditagih kecuali saya. Tekin bilang kamu beruntung, mungkin karena kamu orang baik katanya. haha jadi malu
🤣
Selesai menikmati pantai indah ini kami kembali ke rumah, jadi Tekin hanya membayar parkir saja di pantai itu.
Besoknya saya dan Tekin menuju ke Pamukkale sebelumnya kami mengunjungi danau Köyceğiz yang indah dan sejuk di pagi hari. Beruntung sekali penduduk desa ini dianugerahi indahnya panorama alam. Setelah jam 8:30 AM kami ke Köyceğiz otogar untuk menuju ke Pamukkale hanya 3-4 jam.
Pamukkale, yang berarti "benteng kapas" dalam bahasa Turkey, adalah sebuah situs alam di Provinsi Denizli di Turkey barat daya. Kota ini berisi air panas dan travertine, mineral karbonat yang ditinggalkan oleh air yang mengalir. terletak di wilayah Turkey Aegea dalam, di lembah Sungai Menderes.
Saya yang merasa cukup puas di sini akhirnya memutuskan untuk langsung kembali ke Istanbul sementara Tekin menuju ke Fethiye. Kami menuju mini bus dan bertegur sapa dengan dua orang perempuan asli Turkey salah satunya bernama Buket yang ternyata mereka ibu dan anak. Setelah sampai di pintu loket kami berpisah, saya dan Tekin menunggu mini bus jurusan Denizli otogar. Disaat kami menunggu tiba-tiba ada mobil mundur yang ternyata mobil Buket dan ibunya menawarkan tumpangan kepada kami, kami mengiyakan. Alhamdulillah ya rezeki.
Denizli otogar adalah stasiun bus kota ini. Kami sampai di sini sekitar pukul 13:00, kami memesan tiket untuk ke Istanbul dan Fethiye. Sayangnya uang Lira saya habis sisa Euro dan mereka tidak mau dibayar dengan Euro, Akhirnya Tekin yang membayarnya. Saya bingung mencari Money changer di sana tidak ada. Selain Tekin membayar seluruh tiket tour saya dia juga membelikan roti untuk berbuka puasa seperti host saya yang lain. Saya agak tidak enak tapi Tekin malah berkata bahwa dia senang menjadi host saya karena saya selalu beruntung katanya. Haha bisa saja . Alhamdulillah.
Perjalanan dari Denizli ke Istanbul merupakan perjalanan bus antar kota terakhir saya. Saya merasa bersyukur dipertemukan dengan orang-orang terbaikNya. Alhamdulillah.
Sampai di Istanbul otogar saya naik metro jurusan Yenikapi lalu naik jurusan Haciosman dan turun di 4.Levent yang merupakan Istanbul bagian Eropa.
Seperti biasa saya kesulitan mencari alamat di Turkey, akhirnya saya ke mesjid meminta bantuan dan Alhamdulillah di antarkan ke mall setelah dia membantu menelpon host saya. Dan Agata akan menjemput saya di Shapire mall.
Setelah bertemu Agata, kami berdua pergi ke apartment Engine dan istirahat. Saya tinggal di sini 2 hari sebagai akses ke mesjid Sultanahmed atau biasa disebut Blue Mosque si mesjid biru di Istanbul Turkey. Tentu saja tujuan utama saya selain menjadi volunteer adalah mengunjungi mesjid ini. Kapan lagi mumpung di Turkey.
Di sini saya tidak menyangka jika ternyata muslimnya tidak seperti kebanyakan di Indonesia. Saya fikir Turkey merupakan negara Islam yang penduduknya juga taat, nyatanya saya harus "ngelus dada" karena muslim di sini cenderung bebas seperti di Eropa lainnya gayanya.
Yang lucunya ada yang bertanya pada saya, saya islam nya apa kenapa tidak mau bersentuhan tangan saat bersalaman dengan laki-laki. Ada juga saya yang bertanya, situ islam nya apa kenapa tidak sholat, sholat engga puasa apalagi. Deuuuhhh Akang Astagfirullah....
Pantas saja ya setiap saya berkunjung ke mesjid di negara-negara yang saya pijak, mereka selalu mengatakan bahwa muslim di Indonesia dan Malaysia itu muslim terbaik di dunia katanya. Mashallah...Malu juga saya apa iya saya termasuk didalamnya...heu
Bersyukur saya dilahirkan di Indonesia meski agama saya belum bagus, setidaknya tinggal di sekitar orang-orang yang istiqomah. Alhamdulillah.
Selama saya di Istanbul bagian Eropa ini saya diajak keliling Istanbul. Mulai mesjid Sultanahmed, Eminonu, Taksim square, Istiklal street, Galata Bridge, Galata Tower dan Bosphorus Bridge yang menghubungkan Turkey bagian Asia dan Eropa. Besoknya saya baru ke Istanbul universities ke fakultas Aquatic setelah itu saya ke area mesjid Sultanahmed lagi sendirian, kemudian berkunjung ke Hagia sophia museum yang dahulu gereja diganti menjadi mesjid dan sekarang beralih fungsi menjadi museum. Di area ini lokasi object wisatanya berdekatan seperti Topkapi palace, makam Sultanahmed yang mendirikan mesjid biru dan juga museum karpet. Turkey merupakan negeri karpet tersohor di dunia selain dikenal sebagai negerinya para sufi seperti Jalaluddin Rumi.
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi seorang penyair sufi yang lahir di Balkh(sekarang Samarkand) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, ia mampu berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia tiga tahun, karena terancam oleh serbuan Mogol, keluarganya meninggalkan Balkh melalui Khurasan dan Suriah, sampai ke Provinsi Rum di Anatolia tengah, yang merupakan bagian Turki sekarang. Mereka menetap di Qonya, ibu kota provinsi Rum. Dalam pengembaraan dan pengungsiannya tersebut, keluarganya sempat singgah di kota Nishapur yang merupakan tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.(Wikipedia.com)
Siang hari saya meninggalkan Istanbul bagian Eropa menuju Ümraniye yaitu Istanbul bagian Asia. Saya naik metro ke Yenikapi berlanjut naik ke jurusan Yamanevler kemudian naik taxi ke alamat sekolah di Ümraniye. Sesampainya di sekolah 23 Nisan Kaptanoğlu Ilkokulu disambut baik oleh guru-guru dan anak-anak di sana. Alhamdulillah bahkan directornya Mr. Prof. Nedjet Çimen juga sangat baik kepada saya. Saatnya mulai mengenalkan negeri sendiri yakni Indonesia kepada anak-anak Turkey.
Anak-anak di sini sangat aktif yang mengajar juga semangat. Mereka tidak malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan bahkan berebut mengerjakan soal ke depan. Waaahhh Subhanallah
Di Turkey untuk sekolah dasar diterapkan satu guru untuk memegang kelas 1 sampai murid-muridnya lulus, jadi gurunya tidak ganti-ganti makanya seperti orang tua sendiri paham karakter anak-anaknya meski tidak diberlakukan rengking-rengkingan saat dibagi raport. Di sini lebih diutamakan kepentingan Psikologisnya berbeda dengan di Indonesia. Anak-anak nya juga sayang pada gurunya. Saya saja yang baru beberapa hari mengajar sudah dekat dengan anak-anaknya bagaimana mereka.
Di Ümraniye saya tinggal dengan seorang guru bernama Tülay Kiyak. Dia yang menjadi host saya selama di sini. Alhamdulillah semua orang yang saya temui semuanya baik. Allah memang maha baik. Saya beruntung bisa mendapatkan kesempatan dan kepercayaan yang berharga ini. Sehingga saya bisa mengenalkan Indonesia dan mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anak.
Pembagian raport merupakan moment yang paling dinantikan oleh semua siswa di manapun, tidak terkecuali di Turkey. Anak-anak tampak rapi dan gembira meski ada beberapa diantara mereka yang mendapatkan hukuman karena absent beberapa hari sehingga raportnya tidak dibagi dulu tetapi setelah yang lain mendapatkan raport
Anak - anak selalu membawa keriangan, bahkan disaat sebelah sayap mereka terluka. Pembagian raport merupakan moment terakhir pula saya di sekolah ini. Esok saya akan kembali ke tanah air tercinta. Namun malam ini saya sudah dipesankan tiket konser kebudayaan Kaukasia di Üsküdar Bağlarbasi oleh adiknya Tülay yaitu Didar karena sepupunya Betul akan bernyanyi di konser tersebut. Betapa beruntungnya saya diberikan kesempatan untuk menyaksikan kebudayaan Kaukasia yang merupakan etnis paling pinggir di bagian Anatolia Turkey. Tariannya juga indah apalagi melihat tarian anak-anak kecil yang menggemaskan.
Saya menikmati konser kebudayaan Kaukasia ini, acara ini juga bertujuan untuk berbuka puasa bersama silaturahim keluarga Kaukasia. Setelah berbuka puasa bersama acara di lanjutkan hingga selesai. Pulangnya saya dan Tülay melewati jalan yang sama ketika berangkat melewati rumah bapak presiden Erdogan, sayangnya saya tidak bisa mengambil foto karena banyak penjaganya .
Sampai di rumah kami langsung sahur dan tidur karena esok hari Tülay akan menghadiri rapat guru-guru dengan Director sekolah untuk ajaran baru sementara saya harus kembali ke Üsküdar untuk mengambil backpack saya yang saya titipkan di rumah Emine.
Apartment Emine berdekatan dengan Üskudar university maka dari itu saya memutuskan untuk bertemu dengan salah satu murid di SMANSA SERANG dulu yang sekarang kuliah di Turkey, Siti namanya.
Alhamdulillah kita bisa bertemu sebelum saya meninggalkan Turkey. Kami bertiga berjalan - jalan di sekitar pantai di Üsküdar. Setelahnya kami masing-masing pulang dan saya berkemas menuju Istanbul Ataturk airport Turkey.
Seperti biasa saya akan menukar seluruh uang sisa dengan Euro sebelum kembali ke Indonesia. Alhamdulillah segala puji bagi Rabb semesta alam saya kembali menginjakkan kaki ke tanah air dengan perasaan haru telah diberi kesempatan untuk mengelilingi separuh dunia ini. Allah sungguh maha mendengar.
Inilah perjalanan saya yang tidak mudah bagi saya namun Allah begitu baiknya memudahkan segalanya untuk saya. Jika saya hitung seluruhnya tidak mungkin saya bisa membayar semuanya karena saya bukan konglomerat dan jujur saja uang saya hanya cukup untuk ongkos transportasi saja tapi Allah yang maha kaya memakmurkan saya sehingga tidak kekurangan selama di negeri orang. Sungguh Dia maha kaya maha pengasih. Menjadikan perjalanan si gembel ini berasa Konglomerat. Syukur yang saya panjatkan mungkin tidak akan mampu bersanding dengan nikmatNya yang tak terhitung.
Terima kasih juga untuk orang tua terkasih yang telah membangunkan menara impian dan mengajarkan arti keimanan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah sejak diri ini terlahir di dunia, keluarga terkasih yang selalu mendukung dan mendoakan saya, teman-teman yang sudah banyak membantu dari segi moril, materi dan dukungan semangat lainnya.
Saya tidak sendiri, dibelakang layar mereka dengan hebatnya membantu saya tanpa pamrih. Pihak sekolah yang telah membantu keperluan dokumen dan izinnya serta Pak Ashari yang bersedia direpotkan, Hadi yang selalu bersedia direpotkan meski saya sudah di Morocco, H.Sahlabi dan Fauzan yang sudah bersedia membantu dengan materinya tanpa ragu, Atih dan Adi yang tak segan membantu meski kameranya tidak bisa dipakai hingga Atih pun membantu untuk urusan perbankan saya ketika saya masih di Morocco, Pebri dan Pak Tomi yang berjasa mendekatkan saya dengan kolega dari Jerman, Ka Wening yang bersedia berbagi info dan pengalamannya, Teh Vita yang tetap memberikan info peluang untuk saya, Niki yang memiliki mimpi yang sama dan tak pernah absent mengikuti perjalanan saya, Yohana yang selalu menyelipkan mimpinya untuk saya wujudkan.
Serta teman-teman yang lainnya yang selalu baik kepada saya dan yang merasa mimpinya sama.
Ya sayalah si Pencuri Mimpi itu.
Bagi teman - teman yang merasa mimpinya saya curi, inilah gantinya cerita ini saya persembahkan untuk kalian semua, semoga kalian semua rela dan semoga bermanfaat.
Terima kasih juga untuk para mujahid tanah air yang telah rela meninggalkan negeri untuk kepentingan umat di Palestina, karena kalian saya yang termasuk muslim Indonesia begitu dihargai di negeri orang.
Benar kata orang semakin jauh kita pergi,
Semakin tahu dimana letaknya cinta.