Melompat Lebih Tinggi

Tuesday, January 14, 2020

Menggapai 1000 Minaret



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Berbekal dari hadist pertama riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim yang saya pelajari saat sekolah agama dulu inilah saya mengingatkan diri dan meniatkan perjalanan ini untuk ibadah.
Matahari mulai merona. Kelopak Tulip - Tulip cantik mulai bermekaran menggantikan putih salju yang membeku. Angin masih dingin menggigit. Musim semi telah tiba, namun musim dingin-pun sepertinya enggan meninggalkan. Pagi itu pertama kali saya memijakkan kaki di Eropa, saya sempat berjumpa dan berkenalan dengan seorang Muslimah asal Arizona-USA. Keramahannya membuat saya merasa tak sendiri di Amsterdam-Belanda kala itu sebelum saya menuju ke Jerman. Kami saling bertukar no. Handphone dan berinteraksi layaknya teman hingga saat ini. Aisha namanya, seorang muslimah yang baik dan taat selalu mengirimkan saya petuah Islami dan hadist-hadist dalam bahasa Inggris lewat pesan WhatsApp. Saya yang sedang senang mempelajari Islam dalam bahasa asing pun merasa terbantu karena bisa belajar dan mencatatnya dari setiap hadist yang dia kirimkan.
Alasan saya mempelajarinya dalam bahasa asing agar saya bisa menjadi salah satu muslimah yang bisa menjelaskan tentang Islam kepada orang-orang yang saya temui, terutama saat saya di negeri orang. Bukankah Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, maka dari itu meski hanya satu ayat setiap kita wajib menyampaikannya. Saya selalu menunggu WhatsApp nya terutama di hari Jumat, saya berkata saya sedang belajar tentang Islam dalam bahasa asing dan hadist-hadist yang dia kirimkan sangat membantu saya. Dia pun senang mendengarnya dan selalu mengirimkannya hingga saat ini.
Dari setiap hadist yang saya salin, saya mulai tertarik dengan bagaimana sang perawi hadist ini mampu merawi atau meriwayatkan sekian banyaknya hadist Rasulullah yang menjadi pedoman umat Islam setelah Al-Quran dan diakui keshohihannya. Sambil mencatat, terlintas keinginan untuk berkunjung ke negerinya sang perawi hadist, ya Imam Bukhari sang perawi hadist.
Berawal dari pertemuan itulah mimpiku lahir dan mengembara.
Setelah setahun sejak saya memposting rencana saya untuk mengunjungi negeri sang perawi hadist di akun Couchsurfing, saya memang sudah memiliki seorang host yang akan menampung saya di rumahnya dengan cara menjadi volunteer pengajar di sekolahnya. Berbagai kesepakatan telah kami setujui.
Tibalah waktu yang saya rencanakan. Saat saya membeli tiket, saya mengalami masalah yang sangat mencemaskan dengan kabar buruk mengenai penjual tiket pesawat yang saya beli dari salah satu OTA. Saya sangat khawatir berkaitan dengan berita scammer reviews yang saya baca di TripAdvisor, karena keteledoran saya yang lupa tidak melihat review nya terlebih dahulu, tergiur dengan murahnya harga tiket tersebut hingga main beli saja karena teman saya yang transfer .(Pelajaran bagi teman yang lain yang ingin membeli tiket di OTA lihat dulu referensinya agar tehindar dari hal yang tidak diinginkan).
Setelah saya membaca review nya betapa kagetnya saya hingga langsung mengirimkan e-ticket saya kepada seorang teman di Tashkent untuk membantu menghubungi pusat maskapai tersebut, selain itu saya juga mencoba menghubungi semua kantor pelayanan yang berhubungan dengan keamanan tiket pesawat melalui E-mail. Mulai dari PT.DBE ticketing hingga pusat maskapainya di Uzbekistan, dengan perasaan kalut akhirnya ada jawaban dari CS PT.DBE ticketing dengan jawaban yang sangat membantu bagi saya meski dia menyatakan dia hanya kantor perwakilan saja di Indonesia dan dia tidak memiliki otoritas untuk mengakses kegiatan jual beli tiket dari website manapun termasuk dari maskapai itu sendiri. Dia hanya bisa membantu saya dengan memberikan scan-an kartu nama salah satu marketing tiket Uzbekistan Airways di Indonesia.
Saya pun mencoba menghubunginya mulai dari E-mail hingga WhatsApp karena saya menggunakan no. Eropa tetapi nihil, tak ada jawaban hingga saat ini (what's a bad attitude of marketing people in Indonesia, only served when we are purchase but not responsible when we are on the problems).

Kecewa sangat kecewa tak ada balasan apapun hanya dibaca saja WhatsApp saya hingga saat ini. Padahal jika saja dia merespon saya berniat akan memperhitungkan jasanya dengan membeli tiket group Jkt-Tashkent jika ada jamaah yang akan ke Uzbekistan. Sayangnya dia tidak merespon.
Dengan perasaan kecewa dan sedikit mengikhlaskan jika bukan untuk saya, mungkin Allah punya alasan lain pikir saya saat itu. Jika tidak ada seorang pun yang mau menolong biar Allah saja yang menolong.
Tak lama kemudian ada balasan E-mail dari marketing Uzbekistan Airways langsung di Uzbekistan sana mengatakan bahwa ticket yang saya order adalah Valid, jadi tidak usah khawatir dan jika menemukan info peng-cancel an yang tidak saya lakukan silahkan menghubunginya lagi katanya.
Alhamdulillah puji syukur Allah menolong saya lewat salah satu marketing di Uzbekistan sana, saya pun membalas E-mail nya mengucapkan terimakasih atas kebaikan hatinya untuk respon dan bantuannya.
Bismillah....... Saya berangkat menuju bandara dan Alhamdulillah tak ada insiden yang macam-macam dari pihak imigrasi karena saya menggunakan passport electronic dan di sana terdapat gate otomatis.
Malam ini langit membentang tiada batas. Luas, gelap, hitam, dan pekat. Namun semua indah terlihat, tampak tersusun rapi dari buyaran bintang yang bersinar. Dipandang bercahaya dengan setiap kerlipan dari bentuk berbeda. Seperti sebuah harapan dan mimpi-mimpi manusia laksana terkemuka. Aku tersenyum menatap langit mengucap syukur atas rahmat Allah yang telah bersedia memberikan saya kesempatan untuk kembali mengudara mengepakkan sayap bersama sayap si besi terbang.
Udara dingin membeku dengan gemuruh angin yang menusuk hingga ke tulang, menandai kedatangan saya pagi ini, saya mendarat di kota Tashkent - Uzbekistan setelah kurang lebih 8 jam mengudara. Seperti biasa immigration checking, ambil bagasi, selesai (Di Imigrasi bandara Tashkent pun tidak rumit, hanya check passport dan bertanya apakah saya turist, tidak ditanya macam-macam).
Sementara Olim sudah menunggu saya di luar bandara, dia adalah pemilik Serendipity Language School & Travel Agent namun karena sibuk dan tak punya waktu untuk mengurus sekolahnya dia pun menutupnya.
Ya, sebelumnya rencana saya ke Uzbekistan selain untuk melancong memang ada kegiatan volunteer di sekolahnya, meski akhirnya tidak jadi volunteer Olim tetap menyambut dengan senang kedatangan saya. "Assalamualaikum" sapanya hangat dan dia bilang saya bisa tinggal di apartment nya sebagai tamunya selama saya mau.MashaAllah baik sekali orang ini, semoga berkah lirih saya.
Setelah sampai di rumahnya istrinya pun menyambut saya tak kalah hangat. Istri Olim bernama Dilfuza (Dili) dan anaknya bernama Muhammad Yusuf.

Mereka bilang sangat senang dengan kedatangan saya seorang tamu dari negeri yang jauh. "Semoga Allah memberikan rahmat dan kehidupan yang berkah dunia akhirat bagi keluarga ini" lirih saya mengharu biru.
Hari pertama saya beristirahat di apartment mencoba menyesuaikan diri dengan cuaca winter di sini yang suhunya mencapai dibawah minus derajat. Hari kedua masih tetap di apartment hanya ikut mengantar dan menjemput anaknya Olim yang masih TK.
Saat saya ikut menjemputnya, saya bertemu dengan salah satu guru senior di sana dan memberanikan diri menawarkan volunteer untuk mengajar di sekolah tersebut sehari saja. Responnya positive dan dia menerima saya dengan senang hati.
Hari ketiga yaitu hari Sabtu saya ditemani Dili menuju kantor imigrasi Tashkent untuk mendaftarkan saya sebagai turis yang tinggal bersamanya. Perlu diketahui hukum di Uzbekistan sangat ketat, dan di sini turis atau orang asing tidak diperbolehkan tinggal di apartment atau rumah bersama warga lokal, hal itu dianggap illegal. Maka saya sebagai warga asing harus mendaftarkan diri ke kantor imigrasi dan syaratnya adalah rekomendasi dari warga lokal yang kita tumpangi tersebut. Tidak main-main jaminannya adalah sertifikat rumah, sertifikat pajak dan passport pemilik rumah atau apartment tersebut. Beruntungnya, Olim dan keluarganya berani menjamin saya dengan menyerahkan persyaratan tersebut ke kantor imigrasi. (Such a good family) MashaAllah.....
Pengurusan legalitas tersebut tidak terlalu rumit selama seluruh syarat lengkap dan sesuai aturan. Pertama saya dan Dili masuk ke ruang fotocopy dan blanko pendaftaran, kami hanya bilang mau registrasi turis kemudian mereka meminta passport saya dan persyaratan yang diwajibkan. Mereka yang mengisi blankonya dan memfotocopy semua dokumentnya, setelah itu kami diminta ke ruang CASA untuk melakukan pembayaran (biaya : 4500 Cym Uz per hari dikali lama kita tinggal). Worth it sih karena Jika kita tinggal di hotel mana ada hotel yang seharga 4500 Cym Uz per malamnya 😁.

Setelah menyelesaikan administrasi pembayaran kami menuju ruang pendaftaran dan menyerahkan semua berkas asli dan fotocopy juga kwitansi pembayarannya termasuk passport asli saya. Setelah wawancara dan tandatangan, mereka bilang passport saya bisa diambil nanti hari Senin setelah jam makan siang.
Birokrasi negara ini cukup membuat saya tercengang, saya pun teringat bahwa ini adalah salah satu negara pecahan Uni Sofyet yaitu negeri adikuasa pada zamannya dan hingga sekarang hukum dan peraturannya pun masih sama kerennya.
Hari keempat saya dan keluarga Olim berencana pergi ke pusat kota Tashkent yaitu Amir Temur Square dan hotel Uzbekistan yang terkenal itu. Amir Temur adalah seorang Empire yang memiliki julukan Temur Lenk juga dikenal sebagai Temur, Taimur, atau Timur i Leng, yang artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa islam sunni keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia lebih tepatnya berasal dari kota Samarkand di Uzbekistan.
Darinya kita belajar bahwa keterbatasan fisik bukan suatu penghalang bagi kita untuk melakukan hal yang luar biasa.
Pagi ini saya menepati janji saya untuk menjadi volunteer pengajar di Jõ Jacha Kindergarten seperti yang saya bilang. Ketika saya sedang mengajar salah satu guru mengajak saya melihat pertunjukan dance anak-anak. Tak lama guru tersebut kembali memanggil saya untuk menemui kepala sekolah Surayyo namanya.
Surayyo sangat senang dengan partisipasi saya di sekolah ini, tak tanggung-tanggung dia menawarkan pekerjaan untuk saya sebagai guru di sini.
Saya kira dia bercanda, ketika jam makan siang selesai saya meminta petunjuk jalan ke kantor Imigrasi karena saya harus mengambil passport saya. Surayyo meminta saya dan Nilufar ikut bersamanya yang ternyata membawa kami ke kantor kementrian pendidikan Kindergarten Uzbekistan. Rupanya dia tak main-main dengan tawarannya menjadikan saya sebagai guru di sini. Birokrasi negara ini kembali membuat saya tercengang karena untuk jadi guru saja harus menghadap kementrian langsung loh berbeda sekali dengan di Indonesia. Setiap sekolah bebas merekrut guru. Lagi - lagi saya diingatkan bahwa negara ini adalah bagian pecahan dari negeri adikuasa, adigung adiguna Uni Sofyet.
Setelah dari kantor kementrian pendidikan Kindergarten, Nilufar menemani saya ke kantor imigrasi untuk mengambil passport saya, setelah urusan selesai kami pulang masing-masing menggunakan taxi.
Hari-hari berikutnya berjalan normal dengan saya mengajar setengah hari di Kindergarten, setelah itu saya mengexplore kota Tashkent mulai dari Madrasah, Corsu Bazaar, Khazret-Imam Mosque, Genuine Muskhafe-Usman Koran, Old Town, hingga Independence Square. Khazret Imam Complex yaitu mesjid khast imam yang sangat luas yang akhirnya membuat saya betah untuk berlama-lama dan ikut sholat berjamaah di mesjid ini, Dzuhur, Ashar dan Maghrib karena waktu siang sangat cepat di saat winter. Waktu sholat pun terkesan lebih cepat maghrib saja sekitar jam 4 sore. Di area ini juga terdapat Genuine Muskhafe-Usman Koran, museum Al-Quran muskhaf Osman yang dibawa oleh Amir Temur pada abad ke 14. Mushaf Alquran tertua tersimpan di museum The Library of the Board of Muslims of Uzbekistan di Tashkent, Uzbekistan. Disusun oleh Khalifah Utsman bin Affan pada abad ketujuh. Masih terdapat bekas tetesan darah sang Khalifah ketika ditusuk pedang saat membaca Surat Al Baqarah.
Setiap manusia akan kembali pada Tuhannya, dan sebaik-baiknya wujud kembali adalah dalam khusnul khatimah. Bisa dibilang kita akan kembali sesuai dengan kebiasaan kita seperti sang khalifah ini pun kembali disaat membaca Al-Quran. MashaAllah....
Semoga kitapun diberi nikmat pengembalian khusnul khatimah, Aamiin....
Saat weekend saya pergi ke Chimgan. Chimgan merupakan pegunungan di Tashkent yang indah di berbagai musim dan wajib di kunjungi. Jika musim semi ia akan tampak cantik dengan berwarna warni bunga yang bermekaran, jika panas ia akan tampak indah dengan bunga yang mekar sempurna dan hijaunya rerumputan dan pepohonan, jika gugur akan tampak menawan dengan warna warni daun menguning keemasan berguguran dan jika dingin ia tampak seputih paradise dengan hamparan salju yang tebal. Jaraknya sekitar 1 1/2 Jam perjalanan dari kota Tashkent. Jalanan berliku melewati lereng pegunungan yang dingin membeku sempat membuat saya pusing dan mabuk. Namun tak terperi setelah sampai dan dihadiahi pemandangan pegunungan berselimut salju tebal indah menawan hati dengan gemuruh angin yang menusuk hingga ke tulang serta pepohonan yang memutih menyempurnakan indahnya Chimgan.
Bagi yang ingin ber-Ski ria atau hanya menikmati pegunungan indah tempat ini recommended banget.
Lampu-lampu berkelap kelip menghiasi jalanan kota Tashkent dibalut dengan udara dingin membeku malam ini. Saya bergegas menuju stasiun kereta cepat Afrosiyob tujuan Bukhara. Rupanya karena malam ini tanggal 31 Desember yakni malam tahun baru, warga Uzbekistan banyak yang pulang kampung. Mereka merayakan tahun baru layaknya lebaran di Indonesia. Berkumpul dengan keluarga, dan berlibur di kampung halaman.
Di dalam kereta cepat ini saya duduk bersama Mirfayz dan Abbos. Mereka adalah pemuda-pemuda tampan pelajar asal Bukhara, bahasa Inggris mereka sangat bagus itu kenapa sepanjang perjalanan Tashkent-Bukhara saya berbincang dengan mereka. Hingga tak terasa tibalah kami di kota Bukhara yakni kota asalnya Imam Bukhari sang perawi hadist.
Sesampainya di station Bukhara, kami dijemput ayah dan adiknya Olim. Perjalanan kami ke rumah ibunya Olim masih satu jam perjalanan lagi karena mereka berasal dari sebuah desa bernama Qaraul Bazar. Dahulu Qaraul Bazar merupakan gate penentu layaknya gate imigrasi bagi siapapun yang datang dan dari negeri manapun yang akan masuk ke Bukhara. Jika tidak mendapatkan izin dari Amir maka mereka tidak bisa masuk ke Bukhara.
Tiba di rumah, kami disambut hangat oleh seluruh anggota keluarga di sini dan tak lupa hidangan aneka buah, roti, soup dan berbagai macam snacks tersuguhkan. Hati saya menghangat dipenuhi pendar kebahagiaan. Tak pernah mengira nikmat Allah akan begitu deras menghampiri saya. Terimakasih ya Allah segala puji hanya bagiMu.
Fajar menyingsing dengan semburat rona keemasan yang masih malu - malu, diikuti gemuruh angin musim dingin yang menggigit membangunkan alam Qaraul Bazar untuk kembali bersujud di waktu subuh.
Saya bergegas mengambil air wudhu yang telah disiapkan ibunya Olim, kemudian sholat subuh. Rakaat kali ini mengeratkan hati saya, menggetarkan jiwa hingga mengantarkan signal ke pelupuk mata. Hati saya mengharu biru melafalkan kalimah-kalimah toyibah yang syarat akan makna.
Allah... begitu maha baiknya Engkau, menghadiahi hamba ribuan kasih dan cinta di negeri 1000 Minaret ini. Saya yakin jika bukan Engkau yang rela tak akan ada siapapun yang rela memandang si gembel ini apalagi pelukan hangat sesama muslim di negeri yang baru saya pijak. Jangankan budaya, bahasanya pun saya tak bisa hanya bisa membaca huruf crylic di sini tanpa mengerti artinya. Jika bukan Engkau yang rela menggerakkan hati mereka untuk saya, mungkin tak akan ada orang yang bersedia dan rela sampai seramah ini terhadap saya.
Lirih butiran kata tak sanggup saya lontarkan hanya isak tangis sujud tersungkur di atas sajadah subuh ini. Dosa tak pernah lalai mungkin tak terhitung bagai butiran pasir di laut, namun Allah tak pernah perhitungan dalam memberi nikmat. Mohon ampun ya Allah atas segala dosa yang telah saya perbuat. Segala puji hanya bagiMu Rabb. Terima kasih atas segalanya.
Setelah family gathering di Qaraul Bazar, saya menuju ke Bukhara city. Mereka memberi saya hadiah berupa kerudung, scarf dan sapu tangan. Karena saya tak memiliki apapun untuk diberikan, akhirnya saya menyerahkan kerudung bergo instan khas Indonesia, ternyata beliau girang bukan main. Alhamdulillah....
Sebelum ke kota Bukhara saya mengunjungi complex memorial Bahauddin Naqshbandyah. Muhammad Bahauddin al-Uwaisi al-Bukhari an-Naqsyabandi atau singkatnya Bahauddin an-Naqsyabandi (1318 – 1389), adalah pendiri tariqat Naqsyabandi, yang merupakan salah satu tariqat yang cukup besar dan berpengaruh dalam gerakan tasawuf. Syekh Baha-ud-Din q.s merupakan penerus Syekh Amir Kulal q.s ini mungkin bisa dianggap sebagai penanda pengikutnya kelak disebut pejalan thoriqoh Naqsyabandiyah, yang ajarannya didapat dari Abdul Khaliq Ghajdawani, yang ujungnya berasal dari Khalifah Abu Bakar diperoleh dari Nabi Muhammad.
Setelah berziarah, saya melanjutkan perjalanan ke kota Bukhara. Di kota Bukhara saya mencoba mengexplore kota tua disana yang merupakan destinasi turis, mulai dari museum, mesjid hingga Madrasah Mir-Arab dengan arsitektur indah luar biasa beserta landscape yang menawan hati.
Madrasah Mir-i Arab (bahasa Persia: medreseh-e mir-e arab; مدرسهٔ میر عرب) adalah sebuah madrasah yang masih aktif, yang berada di kota Bukhara di Uzbekistan.Madrasah ini didirikan pada awal abad ke-16 oleh Syeikh Abdullah Yamani, seorang sufi asal Yaman serta pembimbing rohani dari Emir Bukhara, Oubaïd Ulla Khan (1487-1540). Syaikh Abdullah merupakan penganjur emir untuk berperang melawan orang-orang Persia dari Transoxiana. Diperkirakan bahwa madrasah ini dibangun pada tahun 1535; dan beberapa studi terbaru malah memperkirakan bahwa madrasah dibangun tidak lama setelah tahun 1512, yaitu setelah kemenangan kaum Syaibanyah Syiah atas Dinasti Safawiyah, yaitu pasukan Shah Ismail I, di Guijdouvan. Madrasah ini memiliki 114 ruangan dan masing-masing ruangan dinamai dengan nama surat yang terdapat dalam 30 Juz Al-Quran.
Di sekitar sini juga terdapat Benteng Arc Fortress, Masjid Magoki Atori, Masjid Kalon, dan Chashma Ayud yang sudah berdiri sejak berabad-abad lalu. Bahkan, beberapa di antaranya sudah masuk ke dalam warisan dunia UNESCO.
Esoknya saya melakukan perjalanan ke Urgenc, Khwarizm karena saya mendapatkan tawaran dari seorang host bernama Risolat. Risolat dan keluarganya sangat baik dan ramah, mereka yang memenuhi kebutuhan saya selama di Khwarizm. Saya menerima tawarannya karena saya ingin mengunjungi kota Khiva di propinsi Khwarizm yakni kota kelahiran Bapak Khwarizmi pencetus Al-Jabar atau Algorithm matematikawan, cendekiawan Muslim yang sangat berpengaruh dan ilmunya masih kita pelajari hingga sekarang.
Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (bahasa Arab: محمد بن موسى الخوارزمي‎) adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematik, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Al-Khwārizmī juga berperan penting dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa serta kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusinya tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata "aljabar" berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam bukunya. Kata algorisme dan algoritma diambil dari kata algorismi, Latinisasi dari namanya. Namanya juga di serap dalam bahasa Spanyol, guarismo, dan dalam bahasa Portugis, algarismo bermakna digit.
Kota Khiva juga memiliki kota tua bernama Ican kala, disini terdapat banyak minaret dan museum yang tak kalah indah namun. Saya yang hanya sendirian mencoba mengakrabkan diri dengan penduduk lokal. Mereka ternyata ramah dan baik hati. Ada Atabek, Shoxlo dan Nafosat yang cukup membantu saya membunuh waktu untuk menggali keunikan kota yang jaraknya sangat jauh dari Tashkent yakni ibu kota Uzbekistan.
Selesai di Khwarizm, saya melanjutkan perjalanan ke kota Samarkand. Perkiraan saya meleset, saya terjebak dalam perjalanan melewati gurun yang gersang dan dingin dengan badai salju yang lebat berkejaran dengan gemuruh angin yang sangat dahsyat. Saya mencoba menghubungi seorang teman namun signal pun mati ditelan sunyi, yang akhirnya membuat saya kemalaman di kota Samarkand. Setelah saya sampai di kota Samarkand, saya kembali menemukan kesulitan dan tidak mungkin melanjutkan perjalanan ke Tashkent seperti rencana awal namun saya pun kesulitan untuk menginap di Samarkand karena uang saya tak cukup untuk membayar hotel. Akhirnya saya menghubungi teman saya dan mengatakan mengenai kondisi saya yang kemalaman. Tanpa pikir panjang teman saya langsung membooking hostel terdekat di tengah kota Samarkand dan saat saya check-in teman saya menelepon meminta berbicara dengan staff hostel dan mengatakan bahwa dia yang akan membayarnya besok (note: di Uzbekistan kebanyakan menerima pembayaran Cash only). Alhamdulillah staff hostel yang baik hati percaya dan mengizinkan saya bermalam di sini. Allah begitu baik selalu mempertemukan saya dengan orang-orang terbaikNya dimanapun saya berada. Terima kasih lirih saya penuh haru. Namanya Registan Hostel hanya 5 menit jalan kaki untuk ke Registan Square. Hostel nya bersih, wangi dan recommended banget bagi siapapun yang ingin backpackeran ke Samarkand.
Pagi hari sebelum check out saya mengunjungi Registan square dan beberapa tempat bersejarah lainnya di Samarkand berjalan kaki karena letaknya tidak jauh dari hostel. Registan Square adalah alun-alun tempat orang-orang berkumpul. Di sini ada sebuah komplek pendidikan atau perguruan tinggi yang dibangun dari abad pertengahan, yang terdiri dari tiga gedung madrasah besar dan satu buah masjid. Sebut saja kota dengan usia hampir 3 ribu tahun ini memiliki Madrasah-Sher-Dor, Gur Emir Mausolueum, dan masih banyak lagi.
Pagi ini kota Samarkand diguyur hujan salju nan lebat dingin menggigit. Teman saya pun datang dan membayar hostel serta meminjamkan saya uang karena khawatir saya kekurangan uang. Baik sekali, semoga Allah membalas dengan pahala dan rezeki yang berlipat. Kami check out dan makan siang, setelah makan siang saya melanjutkan perjalanan yang merupakan alasan perjalanan saya ke Uzbekistan. Yakni berkunjung dan berziarah ke Makam Imam Al-Bukhari sang perawi hadist Rasulullah.
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari (bahasa Arab: أبو عبد الله محمد بن إسماعيل البخاري‎, lahir di Bukhara, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810) - wafat di Khartank, 1 Syawal 256 H (1 September 870)), atau lebih dikenal Imam Bukhari, adalah ahli hadis yang termasyhur di antara para ahli hadis sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam buku-buku fiqih dan hadis, hadis-hadisnya memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin orang-orang yang beriman dalam hal ilmu hadis). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.

Dia diberi nama Muhammad oleh ayahnya, Ismail bin Ibrahim. Yang sering menggunakan nama asli dia ini adalah Imam Tirmidzi dalam komentarnya setelah meriwayatkan hadis dalam Sunan Tirmidzi. Sedangkan kunyah-nya adalah Abu Abdullah. Karena lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah; dia dikenal sebagai al-Bukhari. Dengan demikian nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah lahir, dia kehilangan penglihatannya.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadis yang masyhur di Bukhara. pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah, di mana di kedua kota suci itu dia mengikuti kajian para guru besar hadits. Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal kitab-kitab hadis karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun hadis-hadis shahih dalam satu kitab setelah menyaring dari satu juta hadis yang diriwayatkan 80.000 perawi menjadi 7275 hadis.
Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok dia kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.
Tak lupa saya sampaikan juga salam dari beberapa kerabat yang menitipkan salamnya untuk sang perawi hadist Imam Bukhari yang telah berjasa bagi panduan umat Islam di dunia setelah Al-Quran.
Saya yang berasal dari Indonesia cukup dihormati di area ini tentu saja berkat jasa Bapak Presiden pertama Indonesia, menurut sejarah Uni Sofyet Bapak Soekarno lah yang menemukan komplek makam Imam Bukhari yang terletak di Desa Hartang, 25 kilometer dari Samarkand, Uzbekistan, yang terlupakan saat itu dan kini telah menjadi salah satu destinasi wisata religi utama di Uzbekistan.
Meski jalan menuju kotanya sang perawi hadist Imam Bukhari, bagi saya tak melulu penuh keriangan. Sesekali berbatu dan udara membeku. Namun semua itu tak ada apa-apanya setelah sampai di complex itu, saya yang sendirian disambut hangat oleh petugas bahkan oleh bapak imam penziarah.
Sopir taxi yang mengantarkan saya masih menunggu dengan setia, kami pun menuju terminal tempat taxi tujuan Tashkent tak lupa saya memberikan double prize sebagai ucapan terima kasih.

Saya pun melanjutkan perjalanan pulang kembali ke kota Tashkent.
Negeri ini dikenal dengan negeri 1000 Minaret, karena setiap bangunan baik mesjid, madrasah maupun square nya dilengkapi dengan Minaret-Minaret yang tinggi nan megah.
Perjalanan saya di negeri 1000 Minaret ini memberikan keistimewaan tersendiri selain menggapai 1000 Minaret, saya menikmati setiap culture dan makanan khasnya terutama “Plov”. Saya juga terkagum – kagum dengan salah satu walnuts asli Uzbekistan bernama Brain Walnuts. Brain Walnuts memiliki bentuk seperti otak, tak hanya bentuknya saja tapi kandungannya kaya akan DHA dan Omega 3 yang sangat bagus untuk otak. MashaAllah, Allah memang Maha kuasa menciptakan sesuatu makanan yang berbentuk seperti otak. Saya pun berargumen wajar saja Al-Jabar dan Al-Bukhari secerdas itu karena sarapannya saja Brain Walnuts. J
Perjalanan kembali ke Tashkent mengakhiri perjalanan saya di Uzbekistan. Esoknya setelah berkemas saya berpamitan kepada guru-guru dan anak- anak serta seluruh pihak di 471 Kindergarten Tashkent yang sudah memberi saya kesempatan dan kepercayaan untuk berpartisipasi sebagai pengajar di sana. Dili dan Olim selalu mampu membuat saya terharu, dalam salam perpisahan ini pun saya tak bisa mengucapkan apapun selain rasa terima kasih yang mengharu biru saat mereka memberikan saya Brain Walnuts dan Kismis hitam sebagai buah tangan sepertinya mereka tahu saya tak mampu membelinya.
Penerbangan ke Jakarta, Indonesia mengakhiri perjalanan si pencuri mimpi kali ini dalam Menggapai 1000 Minaret.
Alhamdulillah segala puji bagi Rabb semesta alam saya kembali menginjakkan kaki ke tanah air dengan perasaan haru telah diberi kesempatan untuk mengunjungi dan berziarah di kota – kota para cendekiawan muslim. Jangan pernah remehkan impian, Allah sungguh maha mendengar.
Inilah perjalanan saya yang tidak mudah bagi saya namun Allah begitu baiknya memudahkan segalanya untuk saya. Jika saya hitung seluruhnya tidak mungkin saya bisa membayar semuanya karena saya bukan konglomerat dan jujur saja uang saya hanya cukup untuk ongkos transportasi saja tapi Allah yang maha kaya memakmurkan saya sehingga tidak kekurangan selama di negeri orang. Sungguh Dia maha kaya maha pengasih. Menjadikan perjalanan si gembel ini berasa Konglomerat. Syukur yang saya panjatkan mungkin tidak akan mampu bersanding dengan nikmatNya yang tak terhitung.
Terima kasih juga untuk orang tua terkasih yang telah membangunkan menara impian hingga saya bisa berpijak dan menggapai 1000 Minaret serta mengajarkan arti keimanan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah sejak diri ini terlahir di dunia, keluarga terkasih yang selalu mendukung dan mendoakan saya, teman-teman yang sudah banyak membantu dari segi moril, materi dan dukungan semangat lainnya.
Saya tidak sendiri, dibelakang layar mereka dengan hebatnya membantu saya tanpa pamrih.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materi, terutama keluarga terkasih yang selalu memberi dukungan moril, materi dan doa. Terima kasih untuk Hadi, Niki dan Wiwi yang telah mempercayakan materinya untuk saya selama di Uzbekistan. Serta seluruh pihak yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.
Bagi siapapun yang mimpinya saya curi kali ini, semoga berkenan dan tetap semangat dalam Menggapai 1000 Minaret. Sebagai gantinya hanya ini yang bisa saya persembahkan untuk kalian semua.
Terima kasih, Semoga bermanfaat !
Niat adalah awal dari segala amal yang kita lakukan, maka niatkanlah segalanya untuk ibadah. Semoga Allah ridha dengan serangkaian ibadah kita dimanapun kita berada. Aamiin...
Sampai jumpa lagi dengan saya Si Pencuri Mimpi dalam kisah selanjutnya !


Januari, 2020