Melompat Lebih Tinggi

Sunday, January 29, 2017

Kutinggalkan Semua Demi Dia



Pagi ini hati saya bergetar diiringi lantunan talbiyah yang perlahan – lahan menusuk kalbu semakin tajam, hingga tak terasa mengantarkan signal ke pelupuk mata dengan teriring tangis tergugu penuh haru. Setelah sekian lama menunggu dengan jadwal keberangkatan yang diundur - undur akhirnya hari ini resmi berangkat untuk memenuhi panggilanNya, saya ikrarkan dalam hati dan jiwa saya bahwa perjalanan saya kali ini untuk menghadap Dia, dzat yang telah melimpahkan seluruh nikmat untuk saya, Astagfirullahaladziim Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha ilaallah Allah akbar laa haulaawalaa kuata ilaa billah. Terucap pula amanat – amanat kepada semua yang saya tinggalkan, meminta agar semua mengikhlaskan kepergian saya kali ini, maka saya ikrarkan dalam hati dan segenap jiwa saya bahwa saya siap meninggalkan semua demi Engkau ya Allah. Labaikallahuma labaik labaikalaa syarikalakalabaik innalhamda wani’matalak walmulk laa syarikalak (Saya penuhi panggilanMu ya Allah….), hanya itulah yang selalu terucap dari hati dan bibir saya.
Sepanjang perjalanan dalam bus, talbiyah terus menggema dikumandangkan para Jemaah tamu Allah, terasa penuh haru dengan tangis yang tak terbendung lagi, saya penuhi panggilanMu ya Allah. Tak terasa kami telah sampai mendekati bandara dan kami dipersilahkan untuk beristirahat dan sholat dzuhur di sebuah hotel kawasan bandara. Setelah sholat kami diberi kunci kamar masing – masing karena pesawat yang akan kami tumpangi mengalami delay jadi kami diberikan tempat untuk beristirahat. Malam pun tiba hati para jamaah menjadi gundah timbul pertanyaan dalam setiap hati para jamaah “apakah keberangkatan akan ditunda lagi, tapi kenapa harus memberangkatkan kami sampai ke bandara jika belum pasti berangkat ?”. malam itu bapak presdir travel tersebut mendatangi kami dan memberikan kabar buruk bahwa uang fullpayment tiket para jamaah dibawa kabur seorang broker yang sudah ia percaya alhasil kami tidak bisa berangkat dengan pesawat tersebut.
Para jamaah sedih dan bingung harus melakukan apa dan tidak berani mengabari keluarganya, termasuk saya yang mengambil keputusan untuk me-non-aktifkan ponsel, bagusnya dari dulu jika saya pergi kemana – mana saya tidak pernah mengabari siapapun sebelum sampai di tempat tujuan, jadi aman untuk saya. Semakin hari ketidak jelasan dari pihak travel membuat kami resah meski kami yakin kami akan berangkat karena terlihat dari pihak travel pun mengusahakan dengan sekuatnya untuk membeli tiket para jamaah dengan menggadaikan mobilnya dan sebagainya, tetapi ada saja keluarga jamaah yang sampai suudzon dengan mengatakan bahwa travel ini adalah penipu dll, astagfirullahaladziim begitu kejam fitnah itu, saya saja tidak sampai hati mengatakan hal demikian karena saya tidak bisa membantu apa- apa, dalam hati saya dan salah satu ibu yang sekamar dengan saya mengatakan bahwa jika seandainya kami punya uang sebesar itu kami akan serahkan pada pemilik travel untuk membeli tiket jamaah, diganti syukur tidak diganti pun tidak masalah karena sudah niat ibadah. Bagaimana bisa mengatakan hal buruk seperti itu melihat wajahnya saja sudah iba, jika kondisinya terbalik kita yang mengalami musibah itu apa yang akan kita lakukan, demi Allah, Allah akan mengangkat derajatnya lewat ujian ini. Aamiin.
Setelah dikabari kami akan berangkat besok dengan maskapai penerbangan internasional yang telah dibooking kami merasa lega, kami semua ikhlas dengan ujian ini apalagi saya yang dari rumah pun sudah berikrar saya tinggalkan semuanya demi Dia, maka saya rela apapun ujiannya untuk menemui Dia . kami semua mengintrospeksi diri, apakah ada harta kami yang tidak halal, atau apa yang mungkin Allah belum ridho menjadikan kami sebagai tamuNya. Siang hari kami kedatangan keluarga dari pasangan ibu dan bapak tua jamaah yaitu anaknya yang membiayai keberangkatan orangtuanya tersebut, dia merasa tidak nyaman dengan berita yang dia dapatkan bahwa orang tuanya belum berangkat ke tanah suci, dan dia mengunjungi orangtuanya dengan sedikit marah pada pihak travel, namun sebelum bertemu dengan pihak travel orang tuanya memeluk dan menenangkan sang anak memintanya untuk mengikhlaskan semua yang terjadi karena bisa jadi ini adalah ujian untuk semua jamaah bukan hanya pihak travel. Orang tua itu bilang “ nak kamu jangan marah, mungkin ini ujian untuk ibu yang dari dulu mengurus kamu dan adik – adik kamu sehingga ibu selalu menunda – nunda sholat ibu, dan sekarang Allah menunda keberangkatan ibu untuk menemuiNya menjadi tamuNya “ nasihat ibu tersebut membuat para jamaah yang lain tergugu karena tidak ada seorang pun diantara kami yang belum pernah tidak menunda sholat kami selama kami hidup. Astagfirullah, kemudian sang anak menangis dipangkuan ibu dan ayahnya menyadari bagaimana waktu sang ibu dan ayahnya membesarkannya dan Allah sungguh maha penyayang, sang anak tidak jadi marah dan hanya menanyakan kepastian keberangkatan besok. Alhamdulillah semua akhirnya bisa menerima ujian ini dengan baik.
Tibalah keberangkatan kami menuju tanah suci, talbiyah tak pernah berhenti dikumandangkan tangis yang mengharu biru dari semua jamaah membuat hati saya kembali bergetar dan bibir kelu mengucap syukur yang tiada tara bagi kami yang akhirnya bertolak dari bandara Soekarno Hatta ke Madinah dengan maskapai penerbangan Oman Air yang sebelumnya transit di Muscat - Oman. Setibanya di Madinah kami disambut oleh pihak travel yang bermukim disana untuk menuju hotel. Ucapan selamat datang dari pihak travel membuat kami terharu karena diingatkan kembali perjalanan dan berbagai ujian menuju ke tanah suci akhirnya kami sampai di kota Madinah, kota rasulullah berhijrah dan akhirnya dimakamkan di kota tersebut. Tak terasa berlinangan air mata para jamaah terharu menjadi tamu rasulullah yang begitu mencintai umatnya hingga sampai akhir hayatnya yang disebut adalah umatnya. Allahummasholiala Muhammad SAW.
Pagi buta kami sudah bergegas menuju masjid Nabawi, masjid terbesar di kota Madinah dimana terletak makam baginda nabi besar Muhammad SAW dan kedua shabatnya Abu Bakar As Shidiq dan Umar Bin Khotob RA. Suara adzan pertama yang mendayu indah ditelinga menggerakkan kami menuju masjid meski dalam cuaca dingin membeku tak menyurutkan niat kami semua untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Subhanallah walhamdulillah begitu indah masjid nabawi ini, hati saya bergetar penuh haru tak terasa pipi telah basah dengan air mata melihat pemandangan menakjubkan dengan pilar – pilar indah dan keramaian jamaah dari seluruh penjuru negeri berbaur melaksanakan sholat di masjid nabawi. Sulit rasanya untuk menggambarkan bagaimana perasaan saya kala itu, tak bisa membendung air mata atas nikmat Allah yang sudah bersedia memanggil saya untuk menginjakkan kaki di tanah ini, Ya rasulullah saya datang berkunjung ke rumah mu ya rasul, salam dari para sahabat dan keluarga, kami adalah umatmu ya rasul. Semoga rahmat selalu tercurah untukmu ya rasulullah.
Kota Madinah memiliki suhu yang lebih dingin apalagi dimusim dingin seperti sekarang, merupakan tanah yang subur dengan berbagai pohonan bisa tumbuh menghijau terutama pohon kurma, disini pula terdapat kebun kurma berdekatan dengan masjid Quba, masjid pertama yang dibangun oleh rasulullah dan para sahabat pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi, sekitar 5 km disebelah tenggara kota Madinah. Masjid ini memiliki keutamaan dalam sejarah islam yang dibangun dengan asas ketakwaan dan keimanan yang kuat, sehingga Rasulullah SAW pun bersabda : “Barang siapa yang telah bersuci ( berwudhu di rumahnya) kemudian mendatangi masjid Quba lalu sholat didalamnya dua rakaat, maka baginya sama dengan pahala umrah “ (Sunan ibn Majah, no 1412).
Masyarakat kota Madinah terkenal dengan keramahannya dan senang bergaul terbukti ketika nabi hijrah pertama kali beliau disambut dengan keramahan penduduk kota ini bahkan ada sebuah desa yang semua penduduknya sudah masuk islam sebelum Nabi datang, subhanallah. 
Malam hari kami dipandu oleh pihak travel untuk berkunjung ke Raudhah yaitu taman surga yang terletak di dalam masjid Nabawi dan memiliki keutamaan dan kemuliaan. Sehingga menjadikan shalat yang dilakukan disana seakan – akan ia telah duduk di taman dari taman – taman surga dan berpahala banyak. Saking mulianya tempat ini yang datang untuk melaksanakan sholat pun bukan main banyaknya, sehingga dijadwalkan bagi laki – laki di siang hari dan perempuan di malam hari. Meski sudah di jadwalkan ternyata tetap saja berdesak – desakan hanya tidak bercampur perempuan dan laki – laki. Alhamdulillah dengan bantuan para jamaah dan pengurus Raudhah saya mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan sholat dan berdoa di Raudhah ini, semoga Allah berkenan dengan semua yang saya panjatkan. Aamiin.
Hari – hari kami lalui dengan penuh perjuangan dengan cuaca yang asing tapi tak pernah bosan kami memandang dan berkunjung ke masjid ini bahkan saya sendiri malas pulang ke hotel dan lebih banyak menghabiskan waktu di masjid, kadang sambil melihat dan menyimak anak – anak yang sedang murojaah atau setor hafalan Al-Quran setiap sore lucu dan menggemaskan, menakjubkan pula. Mashaallah, selain itu ada juga versi dewasanya ibu – ibu sambil membawa anaknya tetap setor hafalan mereka, rasanya tidak ada alasan tidak ada waktu menghafal hanya karena mengurus anak, subhanallah. Saya datang dari Indonesia cukup bangga karena salah satu guru ngaji di masjid ini adalah orang Indonesia apalagi beliau datang dari Banten.
Semua rangkaian kunjungan kami ke rumah rasulullah dan kotanya telah kami laksanakan, walau dengan berat hati kami harus meninggalkan kota yang damai ini dan kami harus mengikhlaskan salah satu Jemaah di rumah sakit karena harus diberi perawatan yang extra, terlebih di usianya yang sudah tua. Kami bertolak dari Madinah menuju Makah dengan perjalanan selama kurang lebih 6-8 jam dan kami mengambil Miqat di masjid cantik Bir Ali yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah sebagai masjid tempat mengambil miqat bagi Jemaah umrah dan haji dari madinah terletak di perbatasan Makah dan Madinah. Di masjid Bir Ali inilah kami mengambil miqat, melaksanakan sholat untuk berumrah, maka mulai dari sinilah peraturan dan larangan – larangan yang bisa membatalkan umrah di hindari.
Bismillahirrahmanirrahim, saya sambut panggilanMu ya Allah untuk berumrah. Mulailah talbiyah kembali menggema selama perjalanan dari Madinah ke tanah Haram, tak terbendung lagi air mata dan getaran hati yang tak pernah redup mengagungkan namaNya, memenuhi panggilanNya. Labaikallahumma labaik labaikala syarikalakalabaik iinal hamda wani’matalak walmulk laa syariikalak ( saya sambut panggilanMu ya Allah……). Mata yang tak pernah bosan dengan kejutan – kejutan Allah dengan pemandangan yang tidak ada di Indonesia berupa gunung – gunung batu yang subhanallah indah bukan main, mengingatkan saya kembali dengan film – film masa hijrah dan peperangan rasulullah dan para sahabat. Betapa hebatnya mereka dalam terik berjalan mengendarai unta bergantian menuju Madinah dengan jarak tempuh kurang lebih 500 km dengan medan gunung batu yang curam dan padang pasir yang terik, Mashaallah kami junjung pengorbanan dan perjuanganmu wahai rasul.
Setibanya di tanah suci Makah kami disambut pihak travel di kota makah dan langsung menuju hotel untuk beristirahat karena pukul 2 dini hari waktu Makah kami akan melaksanakan ibadah umrah yang pertama. Setelah kami beristirahat dan berwudhu kami semua menuju masjid Haram untuk melaksanakan umrah, rasanya sulit sekali membendung air mata yang tak pernah berhenti ketika hati dan lidah mengucap talbiyah dengan segenap jiwa. Saya sambut panggilanMu ya Allah…. Sampai tiba di masjid Haram, saya yang bertubuh kecil mungkin melihat rumah Allah lebih terbelakang disbanding mereka yang telah lebih dulu, tak bisa dijelaskan bagaimana rasanya memandang langsung Baitullah, pusat kiblat seluruh umat islam di dunia, bergetar sampai ke ubun – ubun, meleleh rasanya tak terperi, Astagfirullah, subhanallah, walhamdulillah walaa ilaa ha ilallah Allah Akbar, laa haula wala kuata ila billah, saya sambut pangilanMu ya Allah, saya penuhi panggilanMu ya Allah… terima kasih sudah bersedia mengundang saya untuk menjadi tamuMu ya Rabb, itulah yang terlantun dalam isak tangis saya menapaki tanah haram dengan segala pengharapan doa dan permohonan ampun kepadaNya. Subhanallah Indah sekali masjidnya yang agung. Selama di Haram mata ini tak pernah berhenti menangis, mengakui semua dosa yang pernah saya perbuat, mengucap syukur penuh kebanggaan dengan mengharu biru karena ini bukan undangan dari gubernur ataupun presiden lagi yang mengundang, Allah Aza wazala yang mengundang rajanya seluruh alam ini, Mashaallah, Subhanallah.
Setelah melaksanakan tawaf 7 kali mengelilingi Kabah, saya dibimbing untuk melaksanakan sholat sunah dibelakang makam nabi Ibrahim dan meminum air zam – zam. Kemudian saat akan melaksanakan sa’i saya dan ibu sekamar saya tertinggal jamaah lain yang akhirnya saya berinisiatif untuk melaksanakan sai sendiri, berharap akan bertemu dengan jamaah lain, tapi kami tidak bertemu karena ternyata kami berbeda tempat sai. Setelah selesai melaksanakan sai 7 putaran dari shafa ke marwah, kami melakukan tahalul yaitu memotong rambut sebanyak 7 lembar dan sholat sunah. Sebelum kami sholat sunah kami bergegas mengambil air wudhu, ketika berwudhu akhirnya kami dipertemukan kembali dengan para Jemaah yang lain. Alhamdulillah umrah pertama kami selesai. Semoga ibadah kami diterima Allah SWT.
Keesokan harinya acara bebas dari pihak travel tidak ada acara, maka saya memiliki waktu untuk bertemu dengan teman sekolah saya yang bekerja di salah satu hotel disana. Akhirnya bertemu juga karena tidak sulit untuk menemukan point di sekitar masjid Haram, dia membantu saya pergi ke pasar padahal saya tidak punya uang waktu itu saya belum gajian dan teman saya meminjamkannya untuk membeli barang – barang titipan terutama kurma muda bubuk untuk penyubur, mashaallah semoga berkah kawan. Selesai belanja, saya sholat di masjid Jin dekat dengan pasar . saya bertemu dengan wanita dari Pakistan cukup baik dan ramah sekedar berkenalan karena kami sama – sama pendatang. Setelah itu saya ditunjukan ke rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW dan rumah saudagar kaya raya istri pertama sang nabi yaitu Siti Khadijah RA. Pulangnya saya mengiuti teman saya melalui masjid Haram dari arah utara sampaiah kami di hotel dan saya pun bergegas untuk ke masjid Haram kembali dan malam ini saya berniat untuk melaksanakan umrah kedua saya dengan mengambil miqat di masjid Tan’im tentu saja diantar teman saya karena masjid tersebut berada diluar kota Makah. Pada malam jumat ini saya melaksanakan umrah yang kedua saya, setelah melaksanakan umrah saya berusaha untuk ikut berebut mencium hajar aswad, subhanallah penuh sesak berdesakan , rasanya saya hampir mati disini, kerudung saya terlepas dan kerudung dalaman saya hilang entah kemana, saya pun terpisah dengan seorang pria asal Pakistan yang membantu saya sebelumnya. Di saat – saat inilah saya seperti kehabisan nafas dan saya berujar dengan lirih tanpa daya “ Ya Allah… jika saya harus mati disini, saya rela ya Allah”. Badan terasa lunglai dan akhirnya saya bisa keluar dengan lemas dan sedih karena saya gagal mencium hajar aswad.
Hari berikutnya saya dan para Jemaah melaksanakan city tour keliling kota Makah terutama ke Jabal Rahmah yaitu gunung kasih sayang dimana dalam sejarahnya gunung ini adalah tempat dipertemukan kembali nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah dipisahkan dan diturunkan di bumi dari surga oleh Allah karena melanggar aturanNya. Allah Maha Rahman. Setelah kami melakukan city tour termasuk ke padang arafah dan masjid Jahranah yaitu salah satu masjid yang ditunjuk untuk mengambil miqat dan termasuk tempat mustajab diijabahnya doa – doa.
Setelah selesai rangkaian acara dari travel tinggal menuju besok untuk tawaf wada yaitu tawaf perpisahan. Saya cukup sedih mendengarnya karena ada beberapa yang belum terlaksana termasuk membadalkan umroh untuk orang tua saya dan mencium hajar aswad. Qadarullah keesokan harinya jadwal berubah, yang tadinya hari ini adalah terakhir di tanah haram berubah sampai besok. Subhanallah walhamdulillah, karena jadwal hari ini tidak jadi terakhir maka hari ini free tidak ada jadwal dari travel, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil umroh badal untuk orang tua saya. Saya menghubungi teman saya yang bekerja di salah satu hotel di Makah yang katanya hari ini dia libur dan dia bersedia untuk mengantar saya mengambil miqat di Tan im. Sebelum dzuhur saya berangkat ke masjid Haram dan mencoba menghubungi teman saya, sayangnya teman saya tidak bisa dihubungi. Akhirnya saya berniat melaksanakan sholat dzuhur di masjid Haram, dengan berebutan tempat sholat di mushola Nisa di depan ka’bah sejajar dengan sisi hajar aswad. Alhamdulillah saya masih kebagian tempat disana, disebelah saya ada seorang ibu dari Pakistan berbicara pada saya, namun saya tidak mengerti bahasa Pakistan jadi beliau menggunakan bahasa isyarat kepada saya dengan maksud meminta uang dari saya dengan menunjuk selembar uang yang ada diselipan buku doa saya. Saya mengerti maksudnya akhirnya saya berikan uang itu dan beliau mendoakan saya, kemudian beliau meminta saya untuk menjaga tempatnya karena beliau ingin minum di belakang, sekembalinya beliau membawakan saya segelas air zam – zam. Saya berdoa untuk diberikan kekuatan lewat air zam – zam tersebut untuk bisa mencium hajar aswad.
Selesai sholat dzuhur saya langsung pamit kepada para jamaah terdekat saya menuju ke kabah, kemudian sholat di hijir ismail, setelah itu saya berjalan mendekati rukun yamani dan sampailah saya di sisi hajar aswad. Bismillah, dengan kekuatan tekad saya hari ini untuk mencium hajar aswad saya laksanakan, subhanallah saya seperti memiliki kekuatan super dengan berdesakan dan berebut jalan menuju hajar aswad, setiap kali saya terhimpit dan hampir kehabisan nafas saya berteriak dengan takbir ‘Allahuakbar” pada saat itu semua akan menoleh kearah sumber suara saya yang ternyata ada dibawah mereka karena saya kecil, mereka merenggang dan saya kembali bisa bernafas kemudian maju lagi, terhimpit lagi, takbir lagi, renggang lagi, maju lagi. Begitulah seterusnya sampai akhirnya saya mendengar ada seorang bapak – bapak yang sepertinya dari Indonesia berada dibelakang saya dan mengatakan “ mba nanti kalau ada kesempatan langsung masuk ya mba”, Alhamdulillah akhirnya ada kiriman perlindunganNya lewat bapak tersebut. Saya tidak bisa menoleh kebelakang dalam kondisi itu, jadi saya hanya menuju ke depan dan begitu ada celah untuk saya langsung masuk. Subhanallah walhamdulillah walaailahailallah Allahuakbar terisak tangis saya akhirnya sampai didepan hajar aswad dan pada saat saya menciumnya, saya tidak merasakan berdesakan atau berhimpitan. Damai rasanya, begitu harum mewangi sampai saya bingung mau berdoa apalagi setelah semua doa saya panjatkan, akhirnya saya mengatakan bahwa saya hanya mengiuti rasulullah saja “karena rasulullah menciummu maka saya mengikutinya”. Terdengar dari belakang bapak tersebut mengatakan “cukup mba” dan saya bergeser kebelakang. Subhanallah walhamdulillah akhirnya saya bisa keluar dari kerumunan orang – orang. Saya sujud syukur di depan pintu multazam penuh haru tapi anehnya tidak mengeluarkan air mata. Selesai sholat ashar saya mencari ibu pengemis tadi tapi tidak ketemu.
Akhirnya saya kembali ke hotel dan bergegas untuk mandi karena akan melaksanakan umroh badal untuk orang tua saya, ditemani teman saya menuju Tan im dan kembali ke Haram melaksanakan umroh untuk ayah saya, setelah selesai saya berniat untuk melaksanakan umroh badal untuk ibu saya akan tetapi karena sudah malam tidak adalagi bus yang menuju kesana akhirnya kami memutuskan untuk menyewa taxi pulang – pergi. Pada saat saya melakukan sai yang keenam saya sudah teller, mungkin hampir terjatuh di antara shafa dan marwah. Qadarullah, subhanallah walhamdulillah saya diberi minum oleh seorang tukang bersih – bersih air zam – zam dia mengatakan dalam bahasa arab yang maksudnya “ Hjjah minum dulu”. Saya tersenyum sambil bilang terima kasih dan melanjutkan sai saya sampai selesai dan tahalul kemudian sholat dan pulang dalam keadaan lelah dan penuh syukur. Begitu mulianya Allah yang selalu mengirimkan orang – orang terbaikNya untuk membantu saya dimana pun saya berada.
Hari terakhir di tanah haram kami melaksanakan tawaf wada yaitu tawaf perpisahan yang penuh haru sebagai tanda kami akan meninggalkan tanah Haram, dimana tidak ada satu jamaah pun yang tidak menangis kala itu dan memohon agar kami dipanggil kembali menjadi tamuNya, Aamiin. Setelah tawaf wada yang telah dijadwalkan oleh pihak travel selesai, kami pulang ke hotel karena setelah makan siang kami akan bertolak dari Makah ke Jeddah untuk melanjutkan perjalanan ke Indonesia. Sesampainya kami di Jeddah kami diberi waktu untuk berbelanja, ternyata setelah dari tanah haram di Jeddah yang seperti Jakarta saya masih dikejutkan dengan kebaikan orang setempat yang memberi saya minum gratis ketika saya sedang batuk, Allahuakbar… Malu rasanya saya yang penuh dosa tapi Allah tak pernah berhenti meberikan pertolonganNya lewat orang – orang terbaikNya dimana pun saya berada. Terima kasih ya Allah.
Kami beristirahat di Jeddah di masjid terapung laut merah untuk sholat dan makan malam di pantai laut merah tersebut, sampai akhirnya kami menuju bandara King Abdul Aziz Jeddah untuk kembali ke tanah air Indonesia tercinta dengan menyisakan rindu yang teramat dalam dan harapan untuk kembali ke tanah suci. Aamiin. Alhamdulillah selesai sudah perjalanan ibadah umrah saya kali ini. Terima kasih untuk pihak travel, pak ustadz dan semua crew yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan bantuan kepada saya selama menjalankan ibadah umrah, semoga Allah membalas dengan kebaikan dan keberkahan. Aamiin.
Sekian dan terima kasih.
Semoga bermanfaat untuk para sahabat baik perjalanan sebelum ke tanah suci dan saat berada di tanah suci serta bisa memotivasi semua untuk menjadi tamu Allah.
Pengorbanan harta dan tenaga kita tidak ada apa – apanya dibandingkan Kasih sayangNya kepada kita selama ini. Jangan khawatir, sungguh Allah maha kaya. Selamat berjuang !




Silahkan simak video perjalannya pada link berikut !

https://www.youtube.com/watch?v=wUe83_1N3bI&feature=youtu.be

https://www.youtube.com/watch?v=281UWuAt2Fo

https://www.youtube.com/watch?v=6Q8IG0ZaRZo


Desember, 2016

                                                                                                                                          Babay