Melompat Lebih Tinggi

Sunday, October 12, 2014

Seribu Cinta di Negeri Panda

Dibesarkan dari harapan – harapan yang kadang membuat saya tersenyum sendiri jika teringat mereka bercerita, memang sangat mengagumkan kisah hidup tak biasa yang saya alami. Berawal dari pelajaran kisah Nabi Musa yang dibuang oleh ibunya saat bayi karena ibunya mengharapkan sang anak tetap hidup, pelajaran ini diterapkan oleh emak saya saat saya lahir dan membuang saya dengan harapan saya tetap hidup karena sebelumnya anak-anaknya selalu meninggal. Alhamdulillah dengan Rahman dan RahimNya harapan itu terwujud.


Orang tua saya bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, bahkan mungkin jauh dari yang namanya impian, tapi sepertinya dari kecil saya sudah hidup dengan penuh impian orang tua saya, meski mereka tak tahu arti dari apa yang mereka lakukan dan ucapkan saat saya masih kecil. Orang Banten terkenal dengan kata “Bukan Mental Perantau”, hal ini terbukti rata-rata orang Banten tak betah jika tinggal diluar daerahnya sendiri katanya karena ari-arinya dipendam di sekitar dapur, sehingga jika bepergian selalu ingin pulang.Wallahu’alam. Kebiasaan ini tidak diterapkan oleh orang tua saya saat saya lahir. Mereka menggunakan cara yang berbeda yaitu menggantung ari-ari saya di sebuah salang (tempat gantungan nasi zaman dulu) dibelakang rumah, dengan alasan agar ari-ari saya terbawa angin, ya ini harapan orang tua saya agar  kelak saya dapat  mengudara keliling dunia :) Aamiin. Perbuatan yang sederhana ini mengandung doa dan harapan yang tidak semua orang bisa percaya arti kekuatan doa, harapan, dan impian. Allah maha melihat dan mendengar karena impian yang tinggi adalah bagian dari keyakinan kita pada kuasaNya yang tak terbatas.  


Perjalannan saya kali ini kembali ke negeri Panda,  menunaikan sebuah hadist nabi besar kita Muhammad SAW.heee. segalanya dimudahkan oleh Allah SWT, mulai dari dokumen- dokumen yang lebih mudah saya dapatkan dibanding dulu sampai test interview untuk mendapatkan beasiswa pelatihan ini. Alhamdulillah meski tetap ada saja hambatan yang saya terima, anggap saja ujian akhir .hahaha. lebih seru memang saat berangkat saya ketinggalan DAMRI yang ke Bandara, telpon teman kesana kemari yang punya mobil, tidak ketinggalan juga telepon travel, tapi pas sedang bingung akan menggunakan jasa travel yang terbilang mahal akhirnya DAMRI nya lewat, teman saya mengejarnya dan dapatlah si DAMRI hahaha Alhamdulillah. Bayangkan jika harus naik travel yang 10 kali lipat dari DAMRI…wekwewwww…..


Mimpi yang dibangun dengan cinta harus kita amalkan dengan cinta juga , karena tidak semua bisa  punya kesempatan berharga seperti ini dari Sang Kuasa. Ketika saya mendapatkan email pemberitahuan peraturan dan jadwal dari Xiamen University, saya merasa tidak ada orang dari Indonesia selain saya, agak pesimis memang tapi dikuatkan kembali bahwa semua manusia adalah sama. Sampai di bandara Xiamen saya tidak melihat spanduk dari Xiamen University, bingung akhirnya saya memilih duduk di dekat pintu tunggu. Sambil nunggu saya bermaksud mengirimkan email kepada panitia, belum sempat saya tekan send laoshi nya datang dan minta maaf karena terlambat. Hehehe meiguanxi :).


Hari – hari berikutnya saya lalui dengan suka cita, Alhamdulillah biarpun muslim sendirian tapi kami bisa berbaur dan mereka juga banyak membantu saya terutama dalam hal makan, mereka banyak mengalah untuk saya ketika makan keluar untuk berusaha makan yang bisa saya makan. Hehe…selain perbedaan keyakinan yang kerap kali mereka tanyakan adalah kerudung yang memang menjadi identitas seorang muslim, mereka selalu bertanya “kenapa kamu pakai pakaian ini, kenapa pakai kerudung disini sangat panas Bai?”   satu, dua, tiga orang bertanya seperti itu saya selalu menjawab “ iya, saya muslim wajib memakai seperti ini” . tapi sepertinya mereka tidak puas dengan jawaban saya, mereka bilang banyak orang muslim yang tidaak pakai kerudung, mereka juga bilang banyak orang-orang arab yang pakai pakaian tertutup jika berkunjung ke negeri orang mereka membuka kerudungnya. Wallahu’alam. Saya hanya bisa senyum karena memang kenyataannya seperti itu mungkin ada.


Teman – teman saya disini lebih banyak dari Eropa yaitu Itali, Belanda dan Jerman, ada juga dari Amerika, New Zealand, Nigeria, Korea, dan Jepang. Semuanya adalah non muslim. Saya bukanlah orang yang pandai berdiplomasi karena saya merasa ilmu agama saya pun masih seujung kuku. Sedangkan menjelaskan keyakinan adalah hal yang tidak mudah, saya tetap berusaha mengerti dengan pemikiran mereka yang menganggap saya aneh, cuaca panas pakai kerudung, pakaian tertutup hahaha memang sangat panas sekali. Tapi saya tetap berusaha menjadi muslim yang baik dengan bersikap baik kepada sesama manusia. Karena saya tahu Nabi Muhammad SAW dikirim ke dunia untuk menyempurnakan akhlak manusia. Jadi bersikaplah  yang baik karena itu adalah harapan serta tujuan nabi besar kita dikirim untuk kita. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepadanya.


Seminggu kami bersama, rupanya mereka belum puas dengan jawaban saya waktu itu, setelah kami pulang dari kampus kami menghabiskan waktu bercerita dan ngobrol di ruang TV  dan mereka bertanya lagi “ Bai, ini kan musim panas cuacanya sangat panas kamu kenapa pakai kerudung dan baju tertutup seperti ini?”. Kadang saya bosan jawabnya Astagfirullah…hahaha.. tapi saya berusaha mengerti karena memang mereka bukan muslim. Tentu saja saya kesulitan menjelaskannya, tidak mungkin saya menjawab seperti kepada orang muslim karena mereka hanya akan menerima yang mereka anggap logis. Akhirnya saya bertanya kepada mereka “ kalian jika mencintai seseorang atau apalah itu pasti kalian akan berbuat apapun yang diminta atau disenanginya? Iya kan? Bahkan rela mati untuknya? Iya kan? “, mereka menjawab “iya” sambil menganggukan kepala “ Nah… begitu juga dengan saya, saya mencintai Tuhan saya, jadi saya melakukan apa yang diperintahkanNya walaupun saya harus kepanasan dan kesulitan seperti yang kalian bilang”  Jawab saya :). Akhirnya mereka menjawab lagi “ oohhh oke kami mengerti “ :) . Hehe….jawaban yang logis menurut mereka.

 
Setelah itu mereka tak pernah bertanya lagi kenapa dan kenapa, bahkan saat saya sholat pun mereka sudah paham bahwa perwujudan seorang muslim yang mencintai Tuhannya adalah dengan cara seperti ini, melakukan perintahNya. Bahkan mereka selalu memprioritaskan saya jika makan di luar, harus makan makanan yang halal dan mereka menyetujuinya. Seorang muslim dalam minoritas ternyata bisa menjadi orang yang sangat dihargai oleh mereka. Bahkan ketika saya berulang tahun mereka mengucapkan selamat dan yang biasanya tidak makan di kantin halal pun ikut makan dengan saya katanya ini hari special untuk saya. hahaha .   Alhamdulillah bangga rasanya menjadi muslim :). Dimanapun kita berada berbuat baiklah kepada sesama karena Islam tidak mengajarkan kita untuk saling mencela dan meremehkan orang lain. Inshaallah berkah untuk kita. Aamiin :)
Semoga teman- teman muslim lainnya bangga menjadi seorang muslim :)


Ada banyak Cinta yang akhirnya saya dapatkan yaitu,bisa mewujudkan impian,  menuntut ilmu ke negeri china, berlibur di musim panas, serta mengenalkan islam kepada mereka dengan cinta bahwa islam tidak seperti yang dipikirkan terkait dengan kekerasan terorisme, serta mengenalkan kerudung atau hijab adalah identitas muslim bukti cinta kita kepada islam dan Allah yang bukan hanya sekedar hiasan. Serta mendapatkan cinta dari teman – teman selama belajar dan tinggal disana tentu saja berkat rahmat dan  cintaNYA.
Bermimpilah setinggi tingginya , Inshaallah akan ada jawabannya jika kita yakin akan kuasaNYA yang tak terbatas. Terima kasih untuk teman – teman semua. Terima kasih untuk orang tua saya tercinta inilah wujud dari harapan, doa  dan mimpi yang penuh dengan keyakinan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahman RahimNya untuk abah dan emak disana. Aamiin. Salam Rindu dari anak-anakmu disini :) (Allahumagfirlahumaa warhamhumaa waafiihumaa wafuanhumaa) Aaamin ya Rabbal alamiin.


Ya, Jangan Pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Allah sungguh Maha Mendengar !


Sekian dan terima kasih. :)
  
千爱在熊猫的国家。


在厦门大学。在厦门大学。

No comments:

Post a Comment