PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR ANORGANIK SISA PROSES LABORATORIUM KIMIA PT. KRAKATAU STEEL MENGGUNAKAN REVERSE OSMOSIS (RO)
Inorganic wastewater treatment of chemistry laboratory process residue
of
PT. Krakatau Steel using reverse osmosis
Babay & Esti Wijayanti
JURUSAN TEKNIK KIMIA –
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
Limbah adalah
bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah
tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kinerja RO dalam mengolah limbah cair anorganik
sisa proses laboratorium kimia dan menentukan kondisi operasi optimum kinerja
membran RO.
Metode yang dilakukan dalam penelitian yaitu uji korelasi penambahan NaOH terhadap pH, uji variasi pH pada limbah serta uji performa alat reverse osmosis. Parameter - parameter yang dipantau adalah: pH, Temperatur, TDS (Total
Dissolve Solid), TSS (Total Suspended Solid), COD (Chemical Oksigen Demand),
BOD5, logam (Fe terlarut, Mn terlarut, Cu, Cd, Cr, Co, Zn, Pb, Ni),
NO3-N, NO2-N, CN, H2S, TOG dan Cl2
bebas. Pengolahan limbah dilakukan
dengan menggunakan alat reverse osmosis, dengan variasi pH (7 ; 9 ; 12) dan
variasi tekanan (7 ;8 ;9 bar).
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan, membrane
reverse osmosis dapat digunakan untuk mengolah limbah cair anorganik sisa
proses laboratorium kimia, dimana effluent dari proses RO dapat memenuhi baku
mutu limbah cair berdasarkan SK Walikota Cilegon No.4 tahun 2002 untuk
parameter analisa berupa pH, Temperatur, TDS (Total Dissolve Solid), TSS (Total
Suspended Solid), COD (Chemical Oksigen Demand), BOD5, logam (Fe
terlarut, Mn terlarut, Cu, Cd, Cr, Co, Zn, Pb, Ni), NO3-N, NO2N,
CN, H2S, TOG dan Cl2 bebas. Kondisi operasi optimum
kinerja membran RO adalah pada kondisi umpan RO pH 7 dan tekanan 9 Bar, yaitu
diperoleh nilai fluks sebesar 2.13 mL/m2.sekon, nilai koefisien
permeabilitas 0.24 mL/m2.sekon.bar. Pada umpan kondisi pH 7 nilai
koefisien rejeksi paling tinggi sebesar 99,82%.
ABSTRACT
Waste
is the material produced from an activity and production process, whether on
the scale of domestic, industry, mining, etc. The types waste are variation
like from gas and dust, liquid or solid. Among the various types of this waste
are toxic or dangerous and are known as Hazardous and Toxic Waste (Waste B3).
This research is aimed to determine RO performance in
treating inorganic wastewater chemical laboratory processes and
determine optimum operating conditions RO membrane performance. The method used in this research are correlation test of
NaOH addition to pH, pH variation test on waste and reverse osmosis performance
test. Parameters monitored were: pH, Temperature, TDS (Total Dissolve Solid),
TSS (Total Suspended Solid), COD (Chemical Oxygen Demand), BOD5, Metals
(dissolved Fe, Mn Dissolved, Cu, Cd, Cr, Co, Zn, Pb, Ni), NO 3 -N, NO2-N, CN,
H2S, TOG and Cl2 are free. Wastewater treatment is using a reverse
osmosis, with variation of pH (7; 9; 12) and pressure variation (7; 8; 9
bar).
From
the data obtained can be concluded, reverse osmosis membrane can be used to
treatment the inorganic wastewater of
chemical laboratory process, where the effluent from RO process can fulfill the
quality standard of wastewater based on Mayor Decree of Cilegon No.4 year 2002
for parameter analysis of pH, Temperature, TDS (Total Dissolve Solid), TSS
(Total Suspended Solid), COD (Chemical Oxygen Demand), BOD5, metal (dissolved
Fe, Mn dissolved, Cu, Cd, Cr, Co, Zn, Pb, Ni), NO3-N, NO2N, CN, H2S, TOG and
Cl2 are free. The optimum operating conditions of RO membrane performance were
at RO pH 7 and pressure 9 Bar, which obtained the flux value of 2.13 mL /
m2.second, permeability coefficient value 0.24 mL / m2.second.bar. In feed
condition pH 7 the highest rejection coefficient value is 99.82%.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Laboratorium
lingkungan di Divisi HSE (Health Safety & Environment) di PT Krakatau Steel
adalah suatu laboratorium yang melakukan pengujian terhadap sampel yang berupa
padat, cair dan gas. Proses pengujian yang dilakukan membutuhkan bahan-bahan
kimia sebagai pereaksi baik yang besifat organik maupun anorganik. Penggunaan
bahan-bahan kimia tersebut menyebabkan hasil buangan dari sisa proses analisa
memiliki sifat yang berbeda juga. Laboratorium lingkungan di Divisi HSE sudah
melakukan pemisahan buangan sisa proses analisa didasarkan pada
karakteristiknya yaitu buangan yang bersifat organik, anorganik dan minyak/oli.
Selama ini pengolahan
limbah laboratorium dilakukan oleh pihak lain dengan kendala anggaran dan
proses administrasi yang membutuhkan waktu lama. Divisi HSE memiliki alat
Reverse Osmosis (RO) yang tidak digunakan lagi.
Alat RO awalnya digunakan untuk mengolah limbah leachate di LPA B3,
karena LPA B3 telah ditutup maka alat RO tidak digunakan lagi. Limbah cair anorganik
dari laboratorium lingkungan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
leachate sehingga secara teknis dapat diolah dengan alat RO. Peraturan mengenai
baku mutu yang digunakan adalah keputusan Walikota Cilegon No. 4 tahun 2002.
Berdasarkan
penelitian terdahulu (Siti Agustina,
Sri Pudji.R, Tri Widianto, Trisni.A, 2009) RO dapat digunakan untuk
mengolah limbah cair anorganik kelapa sawit. Pada
pengolahan limbah cair kelapa sawit ini, pengolahan akhir adalah proses secara aerobik.
Air hasil olahan dari proses aerobik
dialirkan ke membran reverse osmosis dengan tekanan 8 kg/cm2 dan laju alir 100
ml/menit. Air hasil olahan dari pengolahan kombinasi diatas effluentnya
dapat digunakan untuk recycle air proses.
2.
Rumusan Masalah
Limbah
laboratorium PT. Krakatau Stell selama ini masih dilakukan oleh pihak luar,
sehingga memerlukan anggaran biaya yang besar dan membutuhkan waktu yang lama.
Peralatan yang ada di laboratorium berupa RO bisa dimanfaatkan secara optimal.
Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan pengoptimalan fasilitas yang ada untuk
mengolah limbah cair sisa proses tersebut secara internal.
3.
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui kinerja RO dalam mengolah limbah cair
anorganik sisa proses laboratorium.
2.
Menentukan kondisi operasi optimum kinerja
membran RO.
4.
Ruang Lingkup Penelitian
Limbah cair yang
digunakan adalah limbah cair anorganik sisa proses laboratorium kimia. Membran yang digunakan adalah RO. Parameter
yang diuji adalah : pH, Temperatur, TDS (Total Dissolve Solid), TSS (Total
Suspended Solid), COD (Chemical Oksigen Demand), BOD5, logam (Fe
terlarut, Mn terlarut, Cu, Cd, Cr, Co, Zn, Pb, Ni), NO3-N, NO2N,
CN, H2S, TOG dan Cl2 bebas. Pengolahan limbah dilakukan dengan
menggunakan alat reverse osmosis, dengan variasi pH (7 ; 9 ; 12) dan variasi
tekanan (7 ;8 ;9 bar).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Limbah Cair
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan (http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah).
Berdasarkan karakteristiknya limbah
industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Limbah
cair biasanya dikenal sebagai entitas
pencemar air. Komponen pencemaran air
pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik.
- Limbah padat.
- Limbah gas dan
partikel.
Tabel 2.1
Baku mutu limbah cair bagi kegiatan Industri berdasarkan SK Walikota Cilegon No. 4 Tahun 2002
No
|
PARAMETER
|
SATUAN
|
BAKU
MUTU LIMBAH CAIR
|
|
Fisika
|
|
|
1
|
Temperatur
|
°C
|
40
|
2
|
Zat Padat
Terlarut
|
Mg/L
|
4000
|
3
|
Zat Padat
Tersuspensi
|
Mg/L
|
400
|
|
Kimia
|
|
|
1
|
pH
|
Mg/L
|
6.0 s/d 9.0
|
2
|
Besi
terlarut (Fe)
|
Mg/L
|
10
|
3
|
Mangan
terlarut (Mn)
|
Mg/L
|
5
|
4
|
Barium (Ba)
|
Mg/L
|
3
|
5
|
Tembaga (Cu)
|
Mg/L
|
3
|
6
|
Seng (Zn)
|
Mg/L
|
10
|
7
|
Krom
Hexavalen (Cr6+)
|
Mg/L
|
0.5
|
8
|
Krom total
|
Mg/L
|
1
|
9
|
Cadmium (Cd)
|
Mg/L
|
0.1
|
10
|
Raksa (Hg)
|
Mg/L
|
0.005
|
11
|
Timbal (Pb)
|
Mg/L
|
1
|
12
|
Stanum (Sn)
|
Mg/L
|
3
|
13
|
Arsen (As)
|
Mg/L
|
0.5
|
14
|
Selenium
(Se)
|
Mg/L
|
0.5
|
15
|
Nickel (Ni)
|
Mg/L
|
0.5
|
16
|
Kobalt (Co)
|
Mg/L
|
0.8
|
17
|
Sianida (CN)
|
Mg/L
|
0.5
|
18
|
Sulfida (H2S)
|
Mg/L
|
0.1
|
19
|
Flourida (F)
|
Mg/L
|
3
|
20
|
Klorin bebas
(Cl2)
|
Mg/L
|
2
|
21
|
Amoniak
bebas (NH3-N)
|
Mg/L
|
5
|
22
|
Nitrat (NO3-N)
|
Mg/L
|
30
|
23
|
Nitrit (NO2-N)
|
Mg/L
|
3
|
24
|
BOD 5
|
Mg/L
|
150
|
25
|
COD
|
Mg/L
|
300
|
26
|
Senyawa
aktif biru metilen
|
Mg/L
|
10
|
27
|
Fenol
|
Mg/L
|
1
|
28
|
Minyak
Nabati
|
Mg/L
|
10
|
29
|
Minyak Mineral
|
Mg/L
|
50
|
Catatan : Baku Mutu Limbah Cair bagi
kegiatan industri adalah sesuai dengan Keputusan Mentri LH Nomor Kep-51/Men LH/10/1995
2.5
Modul Spiral Wound
Membran spiral
wound atau lilitan spiral yang terdiri atas dua lembar membran yang terpisah
oleh penyangga berpori yang direkatkan pada ketiga sisinya (membentuk sampul),
sedangkan sisi keempat ditautkan dengan perekat ke pipa plastik berlekuk yang
mengumpulkan air produknya. Beberapa lembar direkatkan, dililitkan pada pipa,
membentuk spiral. Banyaknya modul spiral dihubungkan secara seri dalam tabung
berfiber glass. Untuk mengetahui susunan membran dapat dilihat pada spektum
membran reverse osmosis.
Gambar 2.5
membran spiral wound atau lilit-spiral
2.6 Karekteristik Limbah Cair
Anorganik Sisa Laboratorium Kimia
Berdasrkan
hasil analisa awal yang telah dilakukan, didapatkan bahwa karakteristik limbah
sisa laboratorium kimia di Divisi HSE
adalah cenderung bersifat asam, karena banyak menggunakan pereaksi larutan asam
kuat (HCl, HNO3, dan H2SO4) dalam proses
preparasi sampelnya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Diagram alir penelitian
Pengolahan
limbah cair anorganik sisa proses laboratorium kimia secara garis besar adalah
melalui tiga tahap yaitu, uji korelasi penambahan NaOH terhadap pH, uji variasi
pH air limbah, dan uji performa alat Reverse Osmosis. Diagram alir proses
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Yes
Gambar 3.1
Diagram alir proses penelitian
3.2
Prosedur Penelitian
3.2.1. Uji korelasi penambahan
NaOH terhadap pH
3.2.2. Uji variasi pH pada limbah
3.2.3. Uji performa alat reverse osmosis
3.3.1
Alat- alat yang digunakan :
a.
pH meter
b.
Konduktivity meter
c.
Stirrer dan Magnetic stirrer
d.
Beaker glass 1000 mL
e.
Erlenmeyer
f.
Buret 50 mL
g.
Reverse Osmosis
h.
Pipet tetes
3.3.2 Bahan yang digunakan :
a. Limbah
cair anorganik sisa proses laboratorium kimia
b. NaOH
3.3.3 Gambar alat
Pressure
gauge
Gambar 3.3 Alat Reverse Osmosis
Tabel 3.1 Tabel Hasil Unjuk Kerja Reverse Osmosis
No
|
Konduktivitas (µS/cm)
|
% unjuk kerja RO
|
Rata-rata
|
Input
|
Output
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
3.5.2.
Uji korelasi mL NaOH vs pH
Uji korelasi antara ml NaOH dan pH bertujuan untuk mengetahui berapa konsentrasi
optimum dari NaOH yang harus ditambahkan ke dalam sampel limbah cair anorganik
sisa proses laboratorium kimia sehingga kondisi pH nya sesuai dengan yang
diharapkan.
Nilai pH dilakukan pengecekan setiap
penambahan 5 mL NaOH 1 N ke dalam sampel
limbah cair sebanyak 150 mL. Proses analisa tersebut dilakukan sampai pH sampel
yang asam menjadi basa. Hasil uji korelasi
antara mL NaOH dengan pH dapat
disajikan dalam table .
3.5.3.
Uji variasi pH Limbah
Uji variasi pH limbah dilakukan sesuai
dengan prinsip reaksi asam basa dengan menggunakan ph meter sebagai penunjuk
nilai pH. Sejumlah sampel limbah cair yang bersifat asam dititrasi dengan
menggunakan NaOH yang bersifat basa sampai menunjukkan pH 7, 9 dan 12. Volume
NaOH yang dibutuhkan sehingga limbah cair mencapai pH 7, 9, dan 12 digunanakan
sebagai acuan perhitungan dalam penentuan pada variasi pH air limbah.
3.5.4.
Analisa limbah cair anorganik sisa proses
laboratorium setelah diolah
Sampel
limbah cair anorganik sisa proses laboratorium kimia yang telah dianalisa awal
(I) dibuat pH nya menjadi 7, 9, dan 12, kemudian dianalisa (analisa II)
apakah sudah sesuai dengan baku mutu
lingkungan. Apabila sudah masuk BML maka limbah cair tersebut bisa langsung
dibuang, tetapi jika hasil analisa belum sesuai dengan BML maka limbah cair
perlu diolah dengan menggunakan RO dengan variasi tekanan. Hasil dari
pengolahan menggunakan RO dianalisa apakah bisa sesuai dengan BML.
Parameter-parameter yang dianalisa adalah parameter yang pada saat analisa II
nilainya diatas baku mutu air limbah berdasarkan SK Walikota Cilegon No.4 Tahun
2002. Apabila hasil analisa paremeter-parameter kualitas air limbah diatas
adalah sesuai dengan baku mutu air limbah, maka dapat disimpulkan bahwa proses
pengolahan yang dilakukan adalah sesuai dengan yang diharapkan.
3.6 Jadwal Pelaksanaan
Penelitian
Kegiatan
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
agustus
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Proposal
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Running
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seminar Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 3.6 Tabel Rencana Jadwal Pelaksanaan Penlitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengolahan limbah cair
anorganik sisa proses laboratorium kimia PT Krakatau Steel menggunakan reverse
osmosis ini menghasilkan produk cairan bening. Cairan hasil proses reverse
osmosis dianalisa parameter kualitas air limbah apakah sudah sesuai dengan baku
mutu limbah cair berdasarkan SK Walikota Cilegon No. 4 Tahun 2002. Penelitian
dilakukan dengan memperhatikan beberapa variable yaitu pH air limbah dan tekanan pada proses reverse osmosis.
Hasil analisa produk dari proses
reverse osmosis dengan berbagai variasi pH dan tekanan menunjukkan bahwa produk
yang dihasilkan adalah sudah sesuai dengan baku mutu limbah cair berdasarkan SK
Walikota Cilegon No.4 tahun 2002.
4.1 Performens
test reverse osmosis.
Berikut ini merupakan hasil analisa
unjuk kerja alat reverse osmosis, dimana parameter yang diukur dalam menentukan
performa adalah presentase penurunan nilai konduktivitas dari umpan terhadap
produk.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Unjuk Kerja Reverse Osmosis
(Air Kran)
No
|
Konduktivitas
(µS/cm)
|
% Unjuk kerja
RO
|
Rata-rata
|
Input
|
Output
|
1
|
229
|
19
|
91.7
|
91.4
|
2
|
206
|
15
|
92.7
|
3
|
246
|
25
|
89.9
|
Konduktivity menunjukkan konsentrasi total
elektrolit di dalam air, yang pada prinsipnya merupakan garam terlarut dalam
air yang berkaitan dengan kemampuan untuk menghantarkan arus listrik. Dari
Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penurunan nilai konduktivitas umpan berupa air
kran setelah diproses dengan reverse osmosis rata-rata sebesar 91.4 %. Dengan
demikian dapat disimpulakan bahwa unjuk kerja reverse osmosis adalah 91.4 %.
4.2 Karakteristik limbah cair anorganik sisa
proses laboratorium kimia PT KS
Limbah cair anorganik sisa proses
laboratotium kimia sebelum diolah menggunakan reverse osmosis divariasikan
nilai pH nya terlebih dahulu dengan menambahkan NaOH. Nilai pH yang diinginkan
adalah 7, 9 dan 12. Variasi pH bertujuan untuk mengetahui berapa pH dari limbah
cair anorganik yang paling optimum untuk proses reverse osmosis.
Berikut ini merupakan gambar limbah
cair anorganik sisa proses laboratorium kimia yang telah divariasikan nilai pH
nya yaitu pH 7, pH 9, dan pH 12:
Gambar 4.2 Limbah cair anorganik pH 7, pH 9, pH
12.
Sampel limbah cair yang akan
diproses reverse osmosis terlebih dahulu dianalisa kadar parameter kualitas air
limbahnya terlebih dahulu. Hasil analisa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik limbah cair anorganik sisa laboratorium kimia pada pH 7, 9
dan 12
No
|
Diskripsi pengujian
|
Satuan
|
Hasil pengujian sampel A
|
Hasil pengujian sampel B
|
Hasil pengujian sampel C
|
|
Parameter fisika
|
|
|
|
|
1
|
Temperatur
|
°C
|
27
|
27
|
27
|
2
|
Zat
Padat Terlarut
|
mg/L
|
44576.0(*)
|
44576(*)
|
37452.0(*)
|
3
|
Zat
Padat Tersuspensi
|
mg/L
|
808.0(*)
|
871(*)
|
757(*)
|
|
Parameter kimia
|
|
|
|
|
4
|
pH
|
|
7
|
9
|
12
|
5
|
Besi
terlarut (Fe)
|
mg/L
|
<0.01
|
<0.01
|
<0.01
|
6
|
Mangan
terlarut (Mn)
|
mg/L
|
0.5
|
<0.02
|
<0.02
|
7
|
Tembaga
(Cu)
|
mg/L
|
0.03
|
0.05
|
0.05
|
8
|
Seng
(Zn)
|
mg/L
|
2.1
|
<0.02
|
<0.02
|
9
|
Krom
total
|
mg/L
|
<0.02
|
<0.02
|
<0.02
|
10
|
Cadmium
(Cd)
|
mg/L
|
<0.01
|
<0.01
|
<0.01
|
11
|
Timbal
(Pb)
|
mg/L
|
0.2
|
0.2
|
0.2
|
12
|
Nickel
(Ni)
|
mg/L
|
0.4
|
0.1
|
<0.01
|
13
|
Kobalt
(Co)
|
mg/L
|
<0.02
|
<0.02
|
<0.02
|
14
|
Sianida
(CN)
|
mg/L
|
<0.03
|
<0.03
|
<0.03
|
15
|
Sulfida
(H2S)
|
mg/L
|
0.03
|
<0.02
|
<0.02
|
16
|
Klorin
bebas (Cl2)
|
mg/L
|
<0.2
|
<0.2
|
<0.2
|
17
|
Nitrat
(NO3-N)
|
mg/L
|
63.5(*)
|
84.4(*)
|
115.0(*)
|
18
|
Nitrit
(NO2-N)
|
mg/L
|
<0.03
|
<0.03
|
0.04
|
19
|
BOD
5
|
mg/L
|
9.0
|
11.0
|
<1.0
|
20
|
COD
|
mg/L
|
414.3(*)
|
796.8(*)
|
159.3
|
21
|
Minyak
Mineral (TOG)
|
mg/L
|
<1.0
|
<1.0
|
<1.0
|
Sumber : Hasil analisa limbah laboratorium kimia Krakatau Stell
(2012).
Keterangan : (*) =
Keluar dari baku mutu limbah cair
Pada tabel 4.2 menunjukkan ada
beberapa parameter yang melebihi baku mutu limbah cair berdasarkan SK Walikota
Cilegon No 4 tahun 2002. Parameter tersebut adalah pH, padatan terlarut total,
padatan tersuspensi total, nitat dan COD (Chemical Oxygen Deman). Parmeter-parameter
tersebut yang akan dianalisa pada produk reverse osmosis dari proses pengolahan
limbah cair anorganik sisa proses laboratorium kimia dengan variasi pH 7, pH 9,
dan pH 12 serta tekanan 7 bar, 8 bar dan 9 bar.
4.3
Karakteristik produk hasil pengolahan limbah cair anorganik sisa proses
laboratorium kimia dengan reverse osmosis
Proses pengolahan limbah cair anorganik
sisa proses laboratorium kimia dilakukan dengan variable pH dan tekanan dimana
hasil dari proses reverse osmosis tersebut menghasilkan produk berupa cairan
bening. Berikut merupakan gambar produk proses reverse osmosis pada limbah cair
anorganik sisa proses laboratorium kimia dengan variable pH dan tekanan.
Gambar 4.3 a. Produk RO
limbah pH 7 (tek 7,8,9 bar); b. Produk RO limbah pH 9 (tek 7,8,9 bar); c.
Produk RO limbah pH 12 (tek 7,8.9 bar)
Dari
penelitian ini, hampir semua variasi tekanan dan pH proses RO menghasilkan
nilai koefisien rejeksi diatas 99%. Sehingga secara umum RO dapat digunakan
untuk mengolah limbah cair anorganik pada kondisi pH netral sampai basa.
Tetapi, nilai koefisien rejeksi tinggi didapat pada saat proses RO dengan
kondisi umpan limbah cair pH 7 yaitu dengan nilai koefisien rejeksi sebesar
99.82%.
DAFTAR PUSTAKA
Change, Erik.,2008, COD
dan BOD,
http://www.pengertian cod dan
bod.htm, diakses tanggal 18 Februari 2012.
Tarigan, M.S, dan
Edward, 2003, Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di
Perairan Raha, Sulawesi Tenggara.
Wiro, 2011. Kuliah Spektrometri Serapan Atom AAS; http://wiropharmacy.blogspot.
com. diakses tanggal 21 Februari 2012.
Richard W. Beker,Membran technology &
Aplications, Wiley, England, 2004.